Hati bunda. Pastilah penuh cinta. Kepada mereka yang memanggilnya bunda. Bagaimanapun telah dibuat berkeping-keping. Walaupun terkadang menjadi luntur, menipis dan terluka. Tidaklah sanggup seorang bunda mengosongkan rasa cinta.
Angin menderu dahsyat menghempas goyah. Tetap tersisa kepingan hati yang masih mengandung cinta abadi, walaupun terkadang memburam. Dan tak akan lebur menjadi debu selama hayat terkandung dalam kehidupan.
Hati tak pernah dusta akan rasa. Bukan tak pernah kepingan hati meradang merah. Bahkan tangis tertumpah darah. Tetapi Bunda harus tetap bertahan. Â Menghadapi semua cobaan hidup, demi terlindungnya mereka yang memanggilnya dengan sebutan bunda.Â
Doa menggema. Harapan kukuh. Dengan iringan senandung malam. Dibawah sinar remang benderang bulan purnama. Bunda terus dan terus yakin, Allah akan menyelesaikan dengan suasana gempita dengan berkesimambungan.
Mata menerawang jauh. Senyum terjaga, jangan pernah  berubah menjadi kebencian. Bunda sudah telatih. Menyimpan kepingan hati yang patah dan menbuat utuh lagi dengan doa, harapan, senandung malam dan sinar remang benderang bulan purnama.
Dalam kecewa, bunda tetap merinci kepingan hatinya. Meronce menjadi untaian semangat dan cinta yang tak pernah punah sepanjang masa.Â
Bumi Matkita,
Bandung, 14/02/2021.