Mohon tunggu...
Dino  Rimantho
Dino Rimantho Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati lingkungan

Penikmat kopi yang simple dan ingin berbagi pengetahuan di bidang lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dua Sisi Pengelolaan Limbah Elektronika: Masalah atau Peluang?

9 Desember 2020   08:05 Diperbarui: 9 Desember 2020   08:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah laporan yang dirilis oleh organisasi lingkungan hidup dunia UNEP melaporkan bahwa rata-rata produksi beberapa logam untuk produksi peralatan listrik dan elektronika cukup tinggi. Misalnya, produksi logam perak rata-rata per tahun sebesar 6 ribu ton, tembaga 4.5 juta ton, timah 90 ribu ton, kobal 11 ribu ton, antimon1 65 ribu ton. Sementara itu, kebutuhan untuk produksi logam perak sebesar 30%, tembaga 30%, kobal 19%, antimoni sebesar 50%. 

Dengan melihat laporan tersebut, maka akan sedikit sulit untuk menyediakan kebutuhan produksi peralatan listrik dan elektronika jika pemenuhan kebutuhan tersebut didasarkan pada kegiatan penambangan di alam. Sehingga, limbah elektronika mewakili sumber logam mulia yang lebih mudah diakses daripada logam di alam, dan memiliki kadar lebih tinggi dari banyak logam ini daripada yang ditemukan di sebagian besar logam. Jika tidak pulih, limbah elektronika adalah sumber banyak logam langka sehingga pengolahan ulang limbah elektronika untuk pemulihannya menjadi sangat penting.

Dengan mengacu pada dilemma yang ada, maka perlu ada solusi yang menemukan titik tengah dari perdebatan tersebut di atas.  Mengingat karakteristik limbah elektronik dan masalah lingkungan yang disebabkan oleh daur ulang dan pembuangannya, sistem pengelolaan limbah elektronik yang efektif harus ditetapkan. 

Saat ini, dari sisi teknis, sistem pengelolaan limbah elektronik terutama terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, klasifikasi, proses pra-daur ulang, dan lima strategi penanganan akhir daur ulang konvensional, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang tepat. Peningkatan aliran limbah elektronik yang pesat menyebabkan adanya kebutuhan akan intervensi secara terus menerus melalui pengurangan limbah. 

Selain itu, beberapa strategi dapat dilakukan dalam rangka mengurangi pencemaran lingkungan dari aktivitas pengelolaan limbah elektronik. Strategi yang tepat ditentukan sesuai dengan karakteristik produk yang berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan secara minimal dan fungsi yang maksimal. Selain itu, beberapa hal lain seperti biaya, ketersediaan tenaga kerja, volume limbah, dan tingkat pembongkaran yang optimal juga dapat menentukan proses daur ulang yang paling sesuai.

Strategi penanganan limbah elektronik dapat dikategorikan sebagai berikut:


Penggunaan kembali: dalam sistem pengelolaan limbah elektronik, metode terbaik adalah penggunaan kembali secara langsung, di mana orang lain dapat menggunakan produk elektronik usang atau komponennya sebagaimana aslinya.

Reparasi: seringkali produk elektronik dapat diperbaharui dengan melakukan perbaikan kecil. Sebagian besar produk elektronik modular sampai batas tertentu, yaitu, setidaknya beberapa bagian dapat diganti dengan bagian yang sama atau dengan komponen yang diperbaiki, dan kemudian masa manfaatnya dapat diperpanjang.

Pembuatan ulang (Remanufacturing): saat memperbaiki produk elektronik usang yang sudah tidak layak secara ekonomis, terdapat beberapa komponen berharga yang mungkin dapat digunakan kembali dalam produk baru. Misalnya, bagian-bagian ini di komputer mencakup memori, disk drive, papan sirkuit, dan mikroprosesor. Tabung sinar katoda kerja dari monitor komputer dapat dijual dan digunakan kembali dalam pembuatan televisi.

Daur ulang (dengan atau tanpa pembongkaran): Daur ulang limbah elektronik merupakan langkah penting dalam sistem pengelolaan limbah elektronik. Ini termasuk perbaikan, pemulihan, dan pemrosesan kembali bahan yang terdapat dalam produk elektronik atau komponen usang untuk menggantikan bahan baku dalam produksi barang baru. Maksimalisasi pemulihan bahan berharga dan akibatnya minimalisasi pembuangan bergantung pada teknologi yang digunakan dalam proses ini.

Tujuan akhir dari produk elektronika yang dibuang seringkali tidak berada di negara yang sama atau bahkan di benua yang sama dimana peralatan dibeli atau digunakan. Pengekspor limbah elektronika dari negara maju ke negara berkembang adalah hal biasa. Diperkirakan bahwa 23% limbah elektronik yang dihasilkan di negara maju diekspor ke tujuh negara berkembang. Daur ulang limbah elektronika dapat dikategorikan sebagai bagian dari sektor ekonomi "formal" atau "informal". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun