Mohon tunggu...
Rikza Junia
Rikza Junia Mohon Tunggu... -

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimalisasi Diri Menuju Generasi Berkompetensi

28 Mei 2015   12:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lama sekali kita berpikir, ragu-ragu ketika untuk kali pertamanya kita melangkah pada sesuatu yang baru. Bukankah sekali kita ragu maka musnalah kesempatan itu, dan yang ada hanyalah penyesalan belaka? Akankah kita selalu menjadi orang yang selalu terbelakang?. Mayoritas orang mengira bahwa krisis mental yang sering diungkapkan dalam pelbagai media ilmiah terjadi di Negara-negara yang baru mulai berkembang termasuk Indonesia. Padahal hal tersebut hanya terjadi dalam skala global. Sudahlah, jangan berpikir tentang Negara, bangsa, rakyat, keluarga jika kita sendiri tidak mengenal siapakah diri kita sendiri dengan berbagai kemampuan-kemampuan yang kita miliki. Untuk apa merencanakan suatu program perkembangan bangsa, kalau toh kita tidak mengenal dan mengetahui bagaimana cara diri kita berkembang?

Sebenarnya manusia memiliki sifat unik yang tidak dimiliki makhluk hidup yang lain. Manusia tidak bisa terbang seperti burung, tidak bisa berenang layaknya ikan itu hanya perbedaan secara jasmani saja. Jika manusia juga tidak mempunyai tanduk, taring ataupun sengat maka untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan dan beberapa sinergi negatif yang buruk bagi kejiwaannya, manusia harus memanfaatkan akal budinya yang cemerlang sebagai penggerak dalam memebentegi jiwanya . Kemauan yang keras juga menjadikan manusia dapat mengendalikan kejiwaannya. Kalau jiwanya mendapat penegaruh negatif dari luar maka otomatis timbul reaksi yang mendorong jiwanya untuk melepaskan diri dari lingkungan yang merugikan itu. Tetapi kemauan keras dari akalnya yang tak berbudi itu juga bisa tetap menerima pengaruh negatif. Hal semacam ini jarang bahkan tidak ada pada hewan. Sekali lagi, sifat unik manusia ini berpusat pada akal budinya dalam menaklukkan kejiwaannya.

Psy-war (Psycho-war) merupakan langkah-langkah operasionalisasi dari ide-ide yang ditimbulkan dari pemikiran manusia itu sendiri. Agar menghasilkan kejiwaan yang baik maka hendaklah manusia memulai dirinya untuk selalu positive thinking. Berpikir positif sangat berpengaruh pada jiwa manusia. Setelah kita mengetahui sejatinya siapakah diri kita? Dan mengenal kemampuan-kemampuan yang terpendam dalam diri kemudian kuatkanlah dengan pikiran positif lalu langkahkan kaki kita pada sesuatu yang positif. Dan janga lupa“ora et labora” dalam filosofis Yunani berarti usaha disertai dengan doa.

Sebenarnya yang perlu ditekankan dalam potensi diri dimulai saat menjelang tidur dimalam hari. Gunakan waktu tersebut untuk introspeksi diri terhadap aktifitas seharian yang telah dilalui. Memilah dan memilih sikap yang lebih baik serta tak lupa merencanakan jadwal esok hari demi mencapai target. Saat terbangun dari tidur, mulailah otak terhadap jiwa dan jasmani kembali bekerja. Saat inilah waktu yang tepat untuk mengalih fungsikan otak pada titik positif. Dimulai dengan senyuman dan menyambut hari dengan pikiran yang jernih. Sebab 80% keberhasilan seseorang dapat dilihat dari seberapa hebat kemampuannya dalam mengatur kejiwaan atau psikis mereka saat menyambut pagi. (Mario Teguh). Kekuatan berkemampuan positif itu lebih mudah bagi seseorang dalam mengendalikan diri saat dirinya dalam titik alpha yakni pada kesadaran penuh konsentrasi. Dan hal inilah yang dapat menunjang potensi diri menuju generasi berkompetensi.

Seseorang yang ingin berhasil maka kuncinya memaksakan diri. Sebab manusia rentan untuk merasa bosan ditengah usahanya. Setelah memaksakan diri maka akan terbiasa dengan paksaan itu. Dan dari terbiasa akan menghasilkan rasa bisa. Seseorang yang ingin berkompetensi dengan keberhasilan yang memuaskan maka selain ia seseorang yang berpikir keras dan berusaha juga menjadi jalan terbukanya keberhasilan adalah bersosialisasi. Bersosialisasi dapat memperluas jaringan. Semakin tersebar jaringan maka semakin banyak info yang didapat. Sosialisasi juga mendidik seseorang untuk menjaga hubungan sesama manusia yang telah diajarkan dalam agama yakni habluminannas yang mengandung tafsiran seseorang yang hidupnya menyendiri dan tidak mau berbaur dengan orang sekitarnya maka ia itulah seburu-buruknya manusia.

Manusia yang pandai bersosialisasi maka pengetahuannya luas. Jadi orang janganlah berkaca mata kuda yang kebiasaanya hanya mendengar tanda melihat sesuai realita, hanya mengikuti siapa yang dekat, dan menuruti siapa yang mengajak tapi tidak faham maksud dan tujuan. Dengan kacamatanya itulah yang menjadikan hidup seseorang semakin terpuruk sebab ia masa bodoh dengan apa yang terjadi dan jiwa sosialnya terkubur begitu saja. Seseorang tipe seperti ini hanya mengedepankan kepentingan individu dari pada kepentingan bersama. Tidakkah rugi orang yang memiliki kepribadian demikian?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun