Mohon tunggu...
Rika Rachma Aulia
Rika Rachma Aulia Mohon Tunggu... Universitas Negeri Jakarta

Saya adalah mahasiswa Pendidikan Masyarakat yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial, pendidikan nonformal, dan pemberdayaan komunitas. Bagi saya, pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui interaksi langsung dengan masyarakat. Saya percaya bahwa setiap individu, terutama anak-anak dan kelompok rentan, berhak atas ruang belajar yang aman, inklusif, dan bermakna. Melalui tulisan, saya ingin turut menyuarakan realita yang sering luput dari perhatian, serta mendorong lahirnya perubahan yang dimulai dari kesadaran bersama.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Membuka Mata: Kekerasan Seksual Anak di Sekolah adalah Nyata

21 Juni 2025   01:25 Diperbarui: 25 Juni 2025   18:55 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Stop Kekerasan Seksual pada Anak

Semua guru dan staf sekolah perlu mendapatkan pelatihan mengenai cara mendeteksi tanda-tanda kekerasan, serta bagaimana merespons laporan secara etis dan empatik. Ini termasuk pendidikan tentang trauma, etika pelaporan, dan kode etik pendidik.

3. Pendidikan Seksualitas Komprehensif

Anak-anak perlu dibekali dengan pendidikan seksualitas yang sesuai usia dan berbasis hak asasi manusia. Mereka harus tahu bagaimana menjaga tubuh mereka, mengenali bentuk pelecehan, serta cara melapor dan meminta pertolongan.

4. Sistem Pelaporan yang Aman dan Ramah Anak

Harus tersedia jalur pelaporan yang aman, rahasia, dan ramah anak—baik secara daring maupun luring. Anak-anak harus tahu kepada siapa mereka bisa berbicara dan merasa dilindungi saat mereka berani bersuara.

5. Sinergi Antarlembaga

Perlindungan anak tidak bisa dilakukan oleh sekolah saja. Harus ada kerja sama erat antara dinas pendidikan, lembaga perlindungan anak, aparat penegak hukum, LSM, dan masyarakat. Kolaborasi ini penting untuk memastikan penanganan yang menyeluruh, dari pencegahan hingga pemulihan.

6. Jangan Menunggu Korban Berikutnya

Saat satu anak menjadi korban, itu sudah terlalu banyak. Kita tidak bisa menunggu sampai kasus demi kasus viral di media sosial sebelum bertindak. Kita harus bergerak sebelum anak-anak kita terluka lebih dalam.

Masyarakat harus mulai lebih peka, berani bersuara, dan tidak lagi menutup mata terhadap kekerasan seksual di sekolah. Orang tua, guru, kepala sekolah, bahkan siswa harus dilibatkan dalam menciptakan lingkungan yang benar-benar aman. Kita perlu membangun budaya sekolah yang berpihak pada korban, bukan pelaku. Budaya yang tidak menyalahkan korban, yang mendengarkan suara anak, dan yang memberikan ruang bagi penyintas untuk sembuh dan bangkit.

Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun