Mohon tunggu...
Rika Kusumayani
Rika Kusumayani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi berolaharaga, memiliki kepribadian bertanggung jawab, suka mendaki gunung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tatwam Asi Sebagai Identitas di Era Globalisasi

19 September 2025   18:03 Diperbarui: 19 September 2025   18:03 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Tat Twam Asi juga hadir secara nyata dalam budaya dan tradisi masyarakat Hindu, khususnya di Bali. Widnyana et al. (2025) menjelaskan bahwa ajaran ini tidak hanya hidup dalam kitab suci, tetapi juga dalam cerita rakyat, ritual, dan praktik kehidupan sehari-hari. Pelestarian ajaran ini menjadi bentuk nyata dari ketahanan budaya yang menegaskan identitas lokal di tengah arus budaya global. Begitu juga dalam penelitian Putra (2024) tentang masyarakat Hindu di Desa Sembiran, Buleleng, ditemukan bahwa nilai-nilai seperti Tat Twam Asi menjadi benteng dalam mempertahankan identitas kultural. Ajaran ini memperkuat kohesi sosial dan rasa memiliki terhadap budaya lokal yang mulai tergerus oleh budaya instan dan serba cepat akibat globalisasi.

            Menjadi umat Hindu di era globalisasi berarti bangga terhadap nilai-nilai yang diajarkan agama Hindu, terutama prinsip harmoni, kasih sayang, dan toleransi. Tat Twam Asi bukan sekadar slogan religius, melainkan prinsip kehidupan universal yang bisa diterapkan di semua lingkup, mulai dari keluarga, komunitas, hingga dunia internasional. Umat Hindu dapat secara percaya diri mengekspresikan jati diri spiritual dan budayanya, tanpa takut dianggap ketinggalan zaman, karena ajaran ini justru menjadi jawaban atas krisis kemanusiaan global. Tat Twam Asi menawarkan dasar moral dan spiritual untuk menciptakan masyarakat yang damai, adil, dan penuh kasih, bahkan di tengah tantangan zaman yang kompleks.

            Globalisasi memang membawa manfaat seperti keterbukaan informasi, perkembangan teknologi, dan hubungan antarbangsa yang lebih erat. Namun, ia juga membawa risiko besar berupa krisis identitas, terutama pada generasi muda yang sering kali kehilangan keterikatan dengan nilai-nilai lokal. Di sinilah Tat Twam Asi hadir sebagai prinsip penyelamat, tidak hanya untuk menjaga ajaran leluhur tetap hidup, tetapi juga untuk menjadi kontribusi nyata Hindu dalam membangun dunia yang lebih baik. Dengan menghayati dan mengamalkan Tat Twam Asi, umat Hindu tidak hanya mempertahankan identitas budaya dan spiritualnya, tetapi juga memberikan solusi etis dan spiritual terhadap persoalan global.

            Di tengah arus globalisasi yang membawa banyak perubahan dalam sosial, budaya, ekonomi, dan spiritual, ajaran Tat Twam Asi memiliki relevansi yang tinggi dalam menjaga identitas umat Hindu. Ajaran ini tidak hanya melibatkan aspek teologi dan filsafat, melainkan juga mencakup dimensi sosial, budaya, dan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Makna dari "Aku adalah kamu, kamu adalah aku" menyimpan pesan mendalam tentang kesatuan antara manusia dan semua makhluk hidup, yang menjadi landasan kuat untuk memperkuat empati, toleransi, cinta kasih, dan solidaritas sosial di tengah keberagaman.

            Globalisasi sering kali menghadirkan nilai-nilai individualisme, materialisme, dan homogenisasi budaya yang mengakibatkan banyak masyarakat mengalami krisis identitas. Dalam hal ini, Tat Twam Asi bertindak sebagai penjaga nilai yang kuat, tidak hanya melindungi jati diri umat Hindu, tetapi juga mempertegas pentingnya hidup rukun dan saling menghargai. Berbagai studi (Angraeni, 2022; Giri dan Girinata, 2021; Yase, 2023; Widnyana et al. , 2025; Putra, 2024) menunjukkan bahwa nilai-nilai dari Tat Twam Asi dapat merespons tantangan global dengan cara yang humanis dan spiritual, menjadi ciri khas serta kontribusi Hindu untuk perdamaian dunia.

            Lebih dari sekadar ajaran religius, Tat Twam Asi adalah warisan budaya dan nilai-nilai kemanusiaan yang harus terus dirawat, dilestarikan, serta ditanamkan terutama kepada generasi mendatang. Ajaran ini berpotensi menjadi dasar dalam pendidikan karakter, moderasi beragama, serta pelestarian budaya lokal di tengah serangan budaya asing. Dengan menginternalisasi Tat Twam Asi sebagai bagian dari identitas individu, umat Hindu tidak hanya memperkuat jati diri spiritualnya, tetapi juga mengindikasikan bahwa nilai-nilai kearifan lokal mampu memberikan solusi terhadap masalah global.

            Oleh sebab itu, Tat Twam Asi tidak hanya menjadi kebanggaan bagi umat Hindu, tetapi juga pantas diangkat sebagai nilai universal yang dapat meningkatkan solidaritas antar umat manusia, memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara, serta berkontribusi dalam membangun peradaban dunia yang lebih harmonis, damai, dan manusiawi. Tat Twam Asi merupakan identitas, merupakan nilai luhur, dan merupakan jalan menuju keharmonisan global.

DAFTAR PUSTAKA

Angraeni, D. K. (2022). Implementasi Tat Twam Asi pada pendidikan karakter anak di masa pandemi Covid-19. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu, 13(1), 48--64.

Giri, I. P. A. A., & Girinata, I. M. (2021). Tat Twam Asi: Transformasi individualistis ke arah solidaritas sosial. Purwadita, 5(1), 93--100.

Putra, I. N. M. (2024). Analisis teologi sosial dalam pemertahanan identitas kultural kesamen masyarakat Hindu di Desa Sembiran Buleleng. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 8(4), 517--534.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun