Mohon tunggu...
Rika Apriani
Rika Apriani Mohon Tunggu... Novelis - Writer, author, blogger. Nama Pena: Zanetta Jeanne.

Creating my own imaginary world through writing. Adi dan Ica (in progress).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Kafe Bertembok Hitam

2 April 2024   13:13 Diperbarui: 2 April 2024   13:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels.com / Abigail Olarte 

Venus melihat ponselnya sekilas. Belum ada pesan teks dari Marsha. Ia memutuskan untuk melihat-lihat menu terlebih dahulu. Venus pun berjalan mendekati tempat pemesanan. Ia disambut oleh seorang gadis muda berkulit pucat tersenyum kepadanya.

“Cuma ini aja menunya, Mbak?” Venus bertanya dengan nada sedikit kecewa. Mbak petugas kafe menggangguk dan tersenyum.

“Ya sudah, kalau gitu saya pesan bistik ayam dan es jeruk ya.” Kata Venus menyebutkan pesanannya. Lagi-lagi Mbak itu hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah menyelesaikan pembayaran, Venus mencari-cari meja yang kosong.

Ia memilih meja yang berada di sudut. Sambil menunggu pesanannya datang, Venus kembali mengecek ponselnya.

Hmm... Tidak ada sinyal. Pantesan. Ujar Venus dalam hati. Ia bertanya-tanya mengapa Marsha belum datang juga. Di lantai itu hanya ada satu tempat makan. Tak mungkin Venus tidak melihat kedatangan Marsha. Marsha pun pasti akan mencarinya, pikir Venus dalam hati.

Setelah diperhatikan, tempat makan itu seperti kafe jaman dulu. Meja-meja makan kayu berbentuk persegi panjang ditata rapi dengan kursi-kursi dari kayu jati di sekelilingnya. Tembok-temboknya semua dicat hitam. Agak kurang penerangannya. Untung hari itu terik sekali. Sehingga masih tampak sinar matahari masuk dari luar jendela ke dalam kafe tersebut.


Ternyata food court yang dikatakan oleh Marsha tidak seperti yang Venus bayangkan sebelumnya. Venus mengira ia akan diajak makan di food court pada umumnya. Ia sudah memikirkan ada banyak pilihan makanan yang bisa ia makan siang itu. Tidak seperti sekarang ini. Kafe ini tidak memiliki banyak menu makanan dan minuman.

Lama sekali Marsha datangnya. Ucap Venus dalam hati. Ia mulai tidak sabar. Makanan dan minuman yang dipesan sudah lama habis disantapnya. Gadis cantik itu melirik jam di tangan kirinya.

Sudah jam 2 siang. Aku harus balik ke kantor. Venus berkata pada dirinya sendiri. Ia pun berjalan ke arah eskalator turun, keluar dari kafe tersebut.

“Ve! Venus!” Terdengar teriakan seorang perempuan memanggilnya, sesampainya Venus di lobi.

“Marsha? Kamu kemana aja, sih? Aku tungguin kamu dari tadi di kafe.” Sahut Venus dengan suara kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun