Hari berjalan membungkam waktu
berjalan bagai kuda membisuÂ
tertutup mata dan hati
seakan murka akan takdir ilahiÂ
menerka jiwa membuang biruÂ
lelah tak lagi memburuÂ
Perlahan menusuk hati
Perasaan bersentimen tak tahu diriÂ
beribu kumbang ditemui
hanya kurang dinikmati
kemunafikan rasa nikmat
berbanding terbalik sesaat
Pengelana tak tahu maluÂ
bersedih tak melulu
menangis seakan pilu
mencoba menjadi pemicu
bagi para pria lugu
yang menantang waktu untuk ditipu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!