Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semoga Pemerintah Baru Memerhatikan Ibu Rumah Tangga

28 Maret 2024   00:16 Diperbarui: 28 Maret 2024   08:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tadi siang saya mampir ke kedai kopi langganan untuk belajar bahasa Korea sambil menunggu anak pulang sekolah. Sebagai pelanggan tetap yang selalu disambut dengan senyum, sapaan selamat pagi/siang, dan menu favorit tanpa saya perlu jabarkan lagi, saya cukup hafal siapa saja pelanggan lain dan pada jam berapa saja mereka akan datang.

Kedai kopi buka pada pukul 7 pagi dan pada suatu waktu saya bisa nongkrong di sana selama 5-6 jam sambil belajar. Saya hafal rombongan pertama yang datang: mereka yang dalam perjalanan ke kantor dan terlalu mengantuk untuk mulai bekerja. Setelah itu ada rombongan kedua: para abang ojol yang menyampaikan pesanan dari orang-orang kantoran yang terkantuk-kantuk dan menunggu-nunggu kopi. 

Rombongan terakhir adalah para ibu rumah tangga yang baru selesai makan siang bersama dan ngopi selama satu sampai dua jam sambil menunggu lonceng sekolah berbunyi. Rombongan terakhir inilah yang paling ribut dan paling tidak tahu basic manner and courtesy di tempat umum.

Saya pun ibu rumah tangga, saya pun pernah nongkrong di kafe bersama teman-teman saya, tapi saya anti menggosipkan orang lain dengan heboh di tempat umum. Obrolan ibu-ibu yang saya dengar setiap kali ke sana tidak jauh-jauh dari urusan kamar tidur orang lain. Mau pasutri lain damai, mau berantem, mau mereka kasih anak makan McD setiap hari atau cuma masakin sayur, mau ke sekolah naik mobil atau angkutan lain, apa urusan sampean?

Yang lebih bikin ilfil, semua pembicaraan itu dilakukan dengan suara sekeras TOA, nggak pake melayangkan pandangan ke sekeliling apakah orang lain akan terganggu atau tidak dengan volume suara atau jenis pembicaraan seperti itu. Mereka yang merasa gerah akan cepat mengambil jarak atau menarik kursi menjauhi rombongan yang suka kebangetan memonopoli semua kursi dan meja yang ada (termasuk mengkhususkan beberapa kursi untuk tas tangan mereka padahal ada banyak orang yang berdiri sambil menunggu pesanan mereka siap). Mereka yang merasa muak akan memasang earphone atau berbicara dengan volume jauh lebih keras untuk membatalkan semua kebisingan yang terpaksa didengar di kios seukuran 15 meter persegi saja itu.

AKIBAT KEBANYAKAN WAKTU LUANG

Saya selalu "menyalahkan" perilaku nyeleneh yang saya jumpai sehari-hari sebagai akibat dari ketidakcocokan antara jumlah waktu yang tersedia dan jumlah aktivitas untuk mengisi waktu yang ada tersebut, atau dengan kata lain 'kebanyakan waktu luang'. Sampai sekarang saya masih berharap suatu hari nanti entah kapan Pemerintah Indonesia akan menyediakan tempat penitipan dan pendidikan anak usia dini supaya para ibu setelah melahirkan bisa cepat kembali ke tempat kerja dan berkontribusi bagi masyarakat, dengan keyakinan anak-anak mereka berada di tangan yang kompeten.

Atau setidaknya pemerintah memerhatikan kebutuhan para ibu rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah dan "tiba-tiba" memiliki me time yang nggak tahu harus dimanfaatkan seperti apa dan untuk apa. Jika pemerintah mengenali ada kebutuhan untuk aktivitas positif bagi ibu rumah tangga, maka pemerintah bisa merancang berbagai kegiatan yang bisa menghasilkan sesuatu secara ekonomi, tetapi tetap fleksibel sesuai dengan ketersediaan waktu dan prioritas lain si ibu.

Mereka yang hobi bergosip akan terus bergosip, saya tahu. Akan tetapi, jika ada aktivitas positif yang bisa mengalihkan perhatian para ibu yang memiliki kebanyakan waktu luang memperhatikan rumput tetangga yang pasti selalu lebih hijau kepada penguasaan keahlian dan keterampilan tertentu, mengapa tidak?

Ibu rumah tangga itu sangat lentur menghadapi berbagai tugas dan tantangan. Bayangkan, dia bisa merancang menu masakan sambil mengingat apakah tagihan air belum dibayar dan anaknya besok mendapat tugas membawa telur bebek ke sekolah. Ibu rumah tangga itu kurang fleksibel dan multitasking apa coba? Oleh karena itu, berikanlah kegiatan kepada ibu rumah tangga yang bisa membantunya mendapatkan:

1. Pengakuan dari orang lain (acknowledgement) selain dari keluarganya.

2. Perasaan berharga dan bermanfaat bagi orang lain (self-worthiness) di luar lingkungan rumahnya.

3. Pencapaian di bidang tertentu (achievement) yang bisa menghasilkan uang dan membantu ekonomi keluarga.

Pada dasarnya, ketiga hal yang saya list di atas diinginkan oleh ibu rumah tangga dan juga diinginkan oleh semua orang, apa pun profesinya dan di mana pun dia ditempatkan. Nah sampai hari baik ketika pemerintah kita memerhatikan para ibu rumah tangga itu tiba, ada banyak sekali yang para ibu bisa lakukan supaya tidak membuang waktu percuma dengan kongkow tanpa tujuan dan ujung-ujungnya menggosipkan orang lain (tanpa tahu kebenaran cerita yang beredar).

CARI KEGIATAN

Mulailah dari hobi atau hal yang sangat disukai yang berada di luar pekerjaan ibu rumah tangga. Jika ibu hobi memasak, maka cobalah memanggang kue untuk memberi garis pemisah di antara pekerjaan rumah tangga dan sebuah skill baru. Jika ibu suka membaca novel, kembali luangkan waktu dan uang untuk membaca karya-karya terbaru untuk menambah wawasan. Jika ibu suka menulis, maka menulislah di berbagai blog keroyokan yang menawarkan eksposur terhadap karya dan kesempatan berjejaring dengan para penulis lain.

Salah seorang teman saya malah kembali bermain trombon ketika semua anaknya sudah duduk di bangku SMA dan dia memiliki waktu luang 8 jam sehari. Sekarang dia tergabung dalam wind orchestra yang tampil di banyak event di kota saya. Setelah mencari tahu, memilah, dan memutuskan kegiatan apa yang ingin dilakukan, selanjutnya adalah...

CARI KOMUNITAS

Berdua lebih baik dari seorang diri. Menekuni hobi atau belajar untuk memiliki keterampilan baru tentu akan terasa lebih menyenangkan jika dilakukan bersama dengan teman-teman yang memiliki minat sama. Hari gini ada berbagai macam komunitas yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Saya sendiri pernah tergabung dalam komunitas menulis, klub membaca buku, grup pecinta tanaman hias, kelompok penyuka drama dan musik Korea, dan WAG tempat para ibu berbagi info diskon harian dan membuka jasa titip di berbagai market place.

Bagaimana jika komunitasnya belum ada? Bikin sendiri. Cari orang lain dengan interest sama. Hari gini tidak sulit menemukan orang lain. Cukup dengan mengetik hashtag di media sosial maka kita akan terhubung dengan orang-orang yang menurut algoritma mesin pencari adalah orang-orang sejenis. Saya memakai cara ini untuk menemukan EXO-L, barisan fans grup K-Pop EXO. Tanpa itu, sampai kapan tahun saya nggak akan berelasi secara daring dengan mereka yang menyukai grup K-Pop yang sama. Hashtag adalah teknologi untuk mencari our kind of people. Manfaatkanlah.

PENUTUP

Bangsa ini telah menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih presiden dan legislatif. Tentu kita berharap besar pada pemerintahan yang baru dengan semua aparatnya. Akan tetapi, tidak usah menunggu pemerintah atau orang lain untuk memerhatikan kebutuhan diri sendiri. Para ibu rumah tangga, kita berdaya kok. Kita bisa dan kita mampu memanfaatkan waktu dalam hidup yang terlalu singkat ini. Pertanyaannya sekarang: apakah kita mau?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun