Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dear Mas Menteri, Surat Terbuka Ini tentang Kurikulum

27 Mei 2020   11:55 Diperbarui: 28 Mei 2020   09:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat mendukung bila ada pelajaran menulis kreatif untuk anak-anak di setiap jenjang pendidikan. Menulis adalah aktivitas mengungkapkan pikiran seseorang dengan struktur dan sistem yang bisa dimengerti oleh orang lain. Matematika memberi kerangkanya, bahasa memberi alatnya, dan tulisan adalah wujudnya.

Oya, sebelum saya lupa, menurut saya porsi belajar bahasa Indonesia harus sama dengan bahasa Inggris setiap jenjang pendidikan. Kita sedang berada di tengah dunia dengan satu bahasa pengantar. Menguasai bahasa Indonesia adalah penting, tapi menguasai bahasa Inggris berarti memperlengkapi anak-anak kita untuk memiliki akses lebih banyak kepada informasi dan pengetahuan dan berkolaborasi dengan orang-orang lain bangsa.

Bukankah kita ingin mereka menjadi pemain-pemain global dengan kearifan lokal?

3. Sains

Yang disasar dan dilatih oleh sains adalah rasa ingin tahu anak-anak. Tanpa rasa ingin tahu manusia tidak akan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa rasa ingin tahu anak-anak kita tidak akan membuka pikiran dan mencari lebih banyak ilmu.

Kurikulum sains sebaiknya mengedepankan pentingnya hipotesa dan perlunya eksperimen untuk membuktikan hipotesa. Langkah-langkah dalam bereksperimen sudah dilatih oleh matematika. Bahasa menjadi alat untuk merumuskan pemikiran dan temuan. Mas setuju kan bahwa ketiga ilmu ini memang benar saling bertautan?

Buatlah kurikulum yang menggugah rasa ingin tahu mereka, Mas. Alih-alih mengajarkan anak menghafal bahwa jantung memiliki dua bilik dan dua atrium, masukkanlah lebih banyak eksperimen ke dalam kurikulum untuk membantu mereka membayangkan bagian-bagian dan cara kerja jantung.

Bulan lalu anak saya mendapat tugas sains mempelajari cara kerja paru-paru. Awalnya saya sudah berpikir pasti ini eksperimen yang ribet, ternyata tidak sama sekali. Dia hanya membutuhkan 1 buah botol kosong, 2 buah sedotan, 2 buah karet gelang, dan 3 buah balon. Dari situ dia bisa melihat bagaimana aktivitas kita menarik/membuang nafas (sedotan melambangkan lubang hidung) bisa mempengaruhi membesar/mengecilnya paru-paru dan diafragma (dilambangkan oleh balon).

Dia tidak perlu membedah paru-paru benaran, Mas. Dia hanya perlu analogi, yang diajarkan juga di dalam matematika, untuk melihat asosiasi dari dua hal yang sepertinya tidak berhubungan sama sekali. Sungguh tidak terpikirkan oleh saya yang merupakan produk dari kurikulum lama bahwa sedotan bisa melambangkan lubang hidung dan organ dalam bisa direprentasikan oleh balon.

Kita sama-sama berharap, Mas, dengan mempelajari sains anak-anak jadi lebih ingin tahu tentang, di antaranya, tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya (biologi), alam semesta (geofisika, astronomi), materi (kimia), dan menggunakannya di bidang yang dekat dengan keseharian kita (fisika).

Dear Mas Menteri,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun