Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Cangkir Keramik dan Kebohongan yang Disengaja

17 November 2017   23:25 Diperbarui: 18 November 2017   00:24 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau orang tua tidak segera menanamkan kepada anak kalau berbohong itu salah, siklus di atas akan terus berulang dan sulit dipatahkan. Akibatnya diskusi menjadi buntu, dengan orang tua tetap merasa anak salah dan anak tetap merasa orang tua berlebihan. Tentu saja hal ini lebih indah secara teori dan sulit (bukan mustahil) untuk dilakukan. Jika orang tua tetap tenang, bertanya dengan nada netral, memberikan gelagat yang menandakan bahwa semua akan baik-baik saja, anak akan dengan rela bercerita dan tidak menyembunyikan apa pun dari orang tua. Tantangan pertama dan terberat adalah bagaimana memformulasikan pertanyaan yang bisa membuat anak merasa terbuka, bukan bagaimana membuat anak cepat-cepat mengakui kesalahan mereka.

Kembali pada kasus cangkir keramik yang pecah tadi. Saya belum mencapai level nada suara dan pertanyaan yang cukup untuk membuat anak nyaman bercerita, tapi saya berusaha untuk menuju ke sana. Saya melihat mekanisme melindungi diri ini semakin kuat seiring dengan pertambahan usia, dan tambah besar anak akan tambah mudah berbohong, apalagi jika tidak ada yang pernah menegur dan memberi tahu kalau berbohong itu salah. Orang tua perlu mendampingi supaya anak tetap menjadi pribadi yang jujur di setiap waktu, di segala kesempatan. Ciptakan suasana yang kondusif untuk anak-anak bercerita, dan jika kebohongan sudah terlanjur diucapkan, ajak anak untuk mendiskusikan hal apa yang salah dan harus diperbaiki. Tentu saja kita sebagai orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu,karena anak-anak bisa merasakan lho kalau kita tidak sedang berkata yang sebenarnya.

Kebohongan bisa dimulai dari ketidaksengajaan karena ada intuisi untuk melindungi diri. Jika terus ditolerir dan diabaikan, lama-kelamaan kebohongan bisa menjadi suatu keahlian yang dipakai dengan sengaja untuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain.

Kita sebagai orang tua adalah guru sepanjang hayat kita untuk mengikis sifat/kebiasaan buruk ini dari dalam diri kita sendiri dan dari dalam diri anak-anak kita.

SHARE THIS:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun