Menurut saya, mengurangi pengunjung ke Borobudur bukan opsi. Justru dengan memperbanyak masyarakat mengunjungi Borobudur, ini merupakan bagian dari pembentukan karakter Pancasila yang sedang dibangun bersama.Â
Dengan tarif mahal, Borobudur akan menjadi eksklusif. Hanya orang kaya saja yang akan ke sana. Kemungkinan kecil, ada keluarga sederhana yang mau mengorbankan anggaran untuk makan atau angsuran rumah dipakai membayar tiket naik Borobudur.
Saya berpendapat kebiasaan masyarakat mengunjungi situs-situs bersejarah ini harus disebarluaskan. Mekanisme harga tiket itu tidak cocok untuk wisata pendidikan dengan kandungan nilai-nilai kebhinekaan yang sangat tinggi.Â
Tantangannya adalah perlu dicarikan teknologi yang memungkinkan orang naik ke Borobudur tanpa menimbulkan ancaman kerusakan. Tantangan yang sulit tapi mulia. ***