Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Simfoni dalam Persepsi (Bukan Pengalaman Pribadi)

29 Oktober 2012   13:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Lalu di kepalaku terbayang kaset qasidah Nasida Ria kepunyaan Ibuku.

Badanku seketika itu juga lemas selemas-lemasnya. Semua kekuatan persendian seperti disedot.

“Kalau kedai kopi ini tidak mungkin menyetel lagu qasidahan, berarti lagu Bang Haji Rhoma Irama tadi tidak mungkin muncul dari speakernya restoran”. Jantungku langsung berdetak kencang, persis detak jantungku saat menjuarai marathon tujuhbelasan, juara dengan posisi buncit.

“Kaset ibuku kan dulu saya rekam. Qasidah, lagu Malayu, Bang Haji Oma, R&B. Semuanya kan saya rekam dan dimasukkan ke iPhone baruku. Jangan-jangan …….

Seketika wajahku memerah. Darah terasa terdorong ke atas sampai saya merasakan aliran darah itu dan memerahnya wajah. Aku tertunduk dalam-dalam. Saat tertunduk, kulihat ada yang menjulur di dada.

Kabel!!

Kabel iPhone.

Badanku tambah lemas. Tanganku yang gemetar sangat, lalu menelusuri kabel itu. Dimulai dari dada, terus ke atas, ke atas lagi, lagi dan lagi. Sedikit demi sedikit, sampai berujung di telinga. Ehm, benar ini kabel iPhone.

Sejenak kucabut kabel itu dari kupingku. Suara ibu-ibu Qasidah itu lalu berhenti. Di luaran sepi. Tidak ada lagu yang terdengar dari speaker. Kekhawatiranku lalu terbukti. Semua yang didengar itu, R&B, Dangdut, Bang Oma sampai Qasidahan itu nyata didengar dari iPhone. Berarti, kentutku …… kentutku …… Ternyata kentutku tidak terdengar HANYA olehku saja…. Berarti, kentutku …..kentutku ternyata hanya mengiringi lagu dari iPhone saja, bukan dari speaker restoran. Berarti …berarti dari tadi, semua orang mendengarkan dengan jelas kentutku. Berarti…paduan suara kentut dan dangdut itu hanyalah simfoni dalam persepsiku saja. Berarti …..berarti …..

Tubuh makin bertambah lemas. Wajah makin memerah. Lengan makin bergetar. Dada berdebar kencang. Dan ….telinga sekarang mendengar bisik-bisik orang sekitar yang terasa kencang dan menusuk.

'Ya Tuhan.... Lebih bagus saya mati, daripada kayak begini. Maluuuu. Mau dikemakanakn wajahku ini?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun