Sisi terluar dalam diriku, merasa asing melihat jejak angin menggurat wajahmu, kau telah lupa merawat kenangan, almanak entah ke mana terbuang, kau coba menipu, tetap merawat rumah tangga, kendati kau campakkan hatiku pada batu padas, aku merasa luka itu nganga, pada rumput yang enggan berbunga, pada savana tanpa kuda, kau seperti mencoba bermain api.
Kau tahu, api itu sahabat bila kerdil, hadir di sisi gelapmu, halau rasa takut pada bintang tak berulu.Â
Kau paham, api itu musuh bila besar, hadir di sisi garingmu, membakar hati menjadi abu, setelah kau alpa masih mempunyai kasih sayang.
Sisi luar dalam diriku semakin bimbang, apakah kau musuh atau kawan, tapi pasti harta tetap membutakan bahwa kawan bukan selamanya, tak pula kekal permusuhan, semua pertimbangan untung rugi, setelah ini kita bersiap perang.
Ujung Kata, 1019