Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berpisah dengan Emak

4 Agustus 2019   10:43 Diperbarui: 4 Agustus 2019   10:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Ayah maklum. Dia mengelus kepalaku dengan lembut. Sementara tante meminta maaf kalau-kalau dia telah berlaku kasar  kepadaku. Ah, hanya basa-basi!  Cuma tipu daya!

Sebulan tinggal di rumah nenek, ayah dan tante pindah ke kota J. Ayah dimutasikan. Aku menanggapinya tenang-tenang saja. Lebih baik mereka pergi ketimbang aku berurusan terus dengan perempuan hantu serupa tante.

Lambat laun aku melupakan tentang emak, ayah dan tante. Kesibukan belajar di sekolah, dan banyaknya teman bermainlah yang membuatku demikian. Tapi menjelang SMP, aku mulai teringat emak. Aku merindukannya. Maka kurongrong nenek dengan pertanyaan beruntun.

"Nek, kenapa emak pergi dari rumah? Ke mana dia pergi? Di mana rumahnya? Kapan aku bisa menemuinya?" Begitu kira-kira bunyi pertanyaanku. Sayang sekali, pertanyaanku tak memperoleh jawaban memuaskan. Aku hanya disebut anak kecil yang tak perlu mengetahui masalah orang dewasa.

Kesal dengan jawaban nenek, suatu hari aku mencoba mencari keterangan dari bibi. Jawaban darinya hanyalah omelan panjang-pendek. Telingaku sakit dibuatnya. Dia malahan mengadu kepada nenek bahwa aku mulai neko-neko. Aku perlu dikasih pelajaran supaya jangan selalu mengungkit-ungkit masa lalu. Mengungkit kenangan pahit!

Aku tak lagi banyak bertanya. Namun di malam-malam larut dan lunta, aku kerap menangis mengingat emak. Di dalam doa-doa dengan urai air mata, aku selalu memohon agar bisa dipertemukan dengannya. 

Bagaimanakah kondisinya? Apakah dia baik-baik saja? Aku membayangkan hidup emak yang kesusahan. Aku merasakan kepedihannya karena rindu kepadaku. 

Tak ada seorang emak yang bisa melupakan anak yang keluar dari rahimnya sendiri. Tak ada yang bisa menghilangkan rindu kepada sosok yang adalah salah satu bagian tubuhnya itu. Tuhan, tolong bantu aku agat bisa bertemu emak.

Sekali dua aku bertanya kepada para tetangga mengenai emak Sebagian ada yang ogah menjawab sebab takut. Ada juga yang tak mau tahu. Tapi seorang-dua pernah menginformasikan bahwa emak masih berada di kota P. Emak tak sanggup menemuiku. Dia telah diancam keluarga ayah, bahwa sekali saja kedapatan menemui aku, emak akan diberikan pelajaan setimpal, Oh, kasihannya emak!

Setamat SMP, aku melanjutkan ke SMA. Kebetulan SMA-nya jauh dari rumah nenek, Sering sepulang sekolah aku berkeliaran dulu mencari tempat tinggal emak. Siapa tahu aku berejeki dan bisa bertemu dia. 

Ujung-ujungnya tersebab sering terlambat pulang sekolah, aku selalu dicecar nenek dengan berbagai pertanyaan. Terpaksalah aku berbohong bahwa aku ada les sore di sekolahan, atau jalanan macet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun