Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Domba Pemberian Ayah

6 Mei 2019   11:05 Diperbarui: 6 Mei 2019   11:13 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : unsplash

"Ayah mau jaga malam? Kan giliran ayah  sudah tadi malam!" Deden duduk di seberang ayah.

"Parang panjang ini bukan untuk jaga malam. Lagi pula, untuk apa membawa parang panjang segala? Memangnya ayah tukang sabet orang?" Dia  tertawa. Deden meringis. "Sekarang ayah mau bertanya, apakah Deden mau menyerahkan barang kesayangan Deden kepada orang yang lebih membutuhkan?"

"Kalau mereka butuh tidak apa-apa Deden serahkan, Yah," jawab Deden. Ayah sering mengatakan bahwa setiap manusia itu harus saling tolong-menolong.

"Nah, sekarang parang panjang ini ayah asah adalah untuk dombamu. Besok dia akan disembelih. Kau akan berkurban, Den," tekan ayah. Deden terkejut. Dia langsung berlari ke kamar. Dia merasa sedih, ternyata domba itu dibeli ayah bukan untuk dipelihara, melainkan akan dikurbankan. Ayah menyusul Deden ke dalam kamar.

"Den, demi menjalankan perintah Allah, Nabi Ibrahim mau mengurbankan anaknya, Ismail, yang kemudian dirubah Allah menjadi kibas. Kenapa kamu tidak rela mengurbankan domba yang memang ayah beli untuk hewan kurbanmu?" Ayah keluar kamar. Deden termenung. Dia masih sangat berat melepaskan dombanya untuk dikurbankan. Sebentar kemudian,  dia akhirnya berjalan mendekati ayah yang sedang bersiap-siap shalat isya berjamaah di  masjid.

"Apakah besok Deden boleh ikut melihat domba itu dikurbankan, Ayah?" tanya Deden yang dijawab ayah dengan anggukan. Dielusnya pelan kepala Deden sambil tersenyum lega.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun