dari demi detik orang-orang mengejar, menjangkau lokomotif dalam sarapan terburu, kopi tak tersentuh, seolah tertinggal sehari seperti menyerahkan roda pada pedati, manalah mungkin melampui, ketika lumut adalah larut, ketika larut adalah gelap, mereka sadap sesal, karena tak akan ada makan siang gratis.
detik demi detik berlalu, aku mengeja debu, dalam tidur panjang, sisa semalam, mencoba merajah bulan dengan janji-janji, mimpi-mimpi, melunaskan lelap, seolah roda lebih rendah dari pedati, keong-keong melebihi, hari ini masih ada makan malam terlambat, menyerahkan diri kepada larut, sisa-sisa muntahan orang ketika mereka kenyang, selalu ada harga diri gratis pada tangan tebuka, pada hela sengaja lukaÂ
022019