"Mau Gombak, mau Gembok, kami tak peduli!" Kini orang yang berbadan sedang menjawab. "Mau apa kau?!"
"Brengsek!" Gombak menghunus pisaunya. Namun, apalah daya orang mabuk? Selama ini dia bisa dengan mudah menujah perut musuh, karena musuhnya sudah lebih dulu ketakutan. Berbeda dengan dua orang di depannya. Mereka bukan pengecut. Si belo ditepis dan jatuh ke tanah. Mereka menghajar tubuh besar lelaki ini; bak, buk, bak, buk! Ternyata sakit juga. Untuk yang pertama kali, Gombak melolong. Apalagi dua orang itu mencabut pisau dari balik jaket masing-masing, kemudian menyabet tangan Gombak kanan dan kiri. Lelaki besar ini pun ambruk. Dia berteriak-teriak dengan napas sengal.
Dua lelaki itu langsung menghambur lari. Gombak mengerang-erang. Hingga tiba-tiba dia mendengar suara perempuan menjerit, lalu suasana menjadi gulita. Tatkala tersadar, Gombak sudah di rumah sakit umum. Gombak melihat se- orang perempuan menelungkupkan kepalanya di kasur, persis di ujung kaki kirinya. Siapakah dia? Orang itukah yang menolong si bengal ini? Kenapa bengal harus ditolong? Mampuskan saja biar tahu rasa!
"Syukurlah bapak sudah sadar! Tangan bapak yang luka juga sudah kami jahit. Beruntung bapak cepat dibawa ke rumah sakit oleh ibu ini. Kalau tidak, bapak akan meninggal karena kehabisan darah," ucap seorang perawat yang tanpa disadari Gombak berada di sisi kanannya sedari tadi. "Kalau begitu, saya pergi dulu, Pak!"
Gombak mengeluh. Dia menggerak-gerakkan kakinya agar perempuan yang tertidur di ujung kasur itu terbangun. Dia ingin mengetahui siapa sebenarnya yang mau mem-bantu seseorang yang dikutuk orang banyak biar cepat mampus.
Namun, ketika perempuan itu mengangkat wajahnya dan tersenyum ramah, Gombak langsung terkejut bukan main. Perempuan itukah yang menolong orang jahat seperti dirinya? Oh, Tuhan! Ternyata dia adalah perempuan tua yang dikompasnya tadi. Perempuan di lapak sayuran. Betapa mulia hatinya.
"Ibu?!"
"Syukurlah, Nak, kau sudah sadar!"
---sekian---