Mohon tunggu...
Putra Bolmut
Putra Bolmut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Sukadamai

13 Juli 2017   20:41 Diperbarui: 16 Juli 2017   17:39 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jacques Boyer (@alcarbon68)

Di depan ada tikungan. Setelah tikungan itu Yoyohgi tahu dia tidak akan melihat Benciribut lagi. Setidak tidaknya untuk waktu yng tidak sebentar. Dia pandangi lagi Benciribut yang kini ada di sampingnya. Ia pandangi persawahan. Ia pandangi rumah rumah yang bersesak sesak  dengan pohon pohon hijaunnya. Ia baru sadar pemandangan ini tak pernah ia nikmati. Ia menengadah. Langit  terlihat cerah membiru waktu itu. Ada garis putih melintas cepat. Orang-orang juga memandangi langit.

"Pesawatkah?" Yoyohgi membatin. 

Sejurus Ia mendengar "Komet"

Tapi kemudian dari dari garis  putih itu terbentuk garis putih lain. Tapi kali ini bukan melintas. Ia seperti jatuh. Menuju ke arah Benciribut.

Dengan sekonyong-konyongnya mobil yang membawanya berhenti. Ban berdecit. Mobil-mobil yang lainnya pun demikian. Tiba-tiba mobil yang ia naiki berguncang keras. Di luar ia melihat orang jatuh ke tanah. 

Dengan setengah shock ia keluar dan terperangah.  Benciribut tak ada lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun