Mohon tunggu...
Putra Bolmut
Putra Bolmut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Sukadamai

13 Juli 2017   20:41 Diperbarui: 16 Juli 2017   17:39 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jacques Boyer (@alcarbon68)

"Mereka sudah dibeli!"

"Suara Jelata bukan suara jelata!"Kali ini seorang pemuda yang bernama Ufun Putra yang beorasi. 

Masyarakat benciribut bersorak. Terbakar semangat mereka.

"Kang Yoyohgi, ini harus kita bawa ke jalur hukum" Usul pemuda yang pernah kuliah  satu semester di ibukota provinsi itu kepadanya.

"Biarkan saya bersama beberapa kawan ke kantor polisi. Kita akan laporkan pihak PT dan koran palsu itu"

Jam setengah tujuh esok harinya, pemuda Ufun dan teman-temannya berangkat. Tapi hingga menjelang malam mereka belum kembali. Yoyohgi, keluarga rombongan pemuda dan beberapa warga tetap menunggu. Tapi sampaipun mereka terkantuk-kantuk menunggu tidak ada satupun yang muncul. Penyebabnya baru mereka ketahui dari Suara Jelata esok harinya.

"Pentolan Penghina Ideologi Negara Berhasil Ditangkap"

Di bawah judul itu ada foto Ufun dengan muka bingung. Captionnya berbunyi  : Ufun Putra a.k.a John Tuahahu a.k.a Abu Umar bawa segerombolan preman untuk hancurkan kantor polisi.

Penangkapan itu membuat masyarakat sedih. Namun bukan karena Ufun dan pemuda pemudanya. Toh Ufun dan kawannya itu adalah tukang minum. Mereka sedih karena sepertinya sudah tidak ada jalan lagi untuk mempertahankan desa mereka. Lapor ke koran dipojokkan. Mengadu ke Polisi ditanggapi. Semuanya tenggelam dalam diam.

Yoyohgi kemudian  maju dan berkata :

"Kita tidak boleh menyerah. Ini tempat tinggal kita, tempat tinggal anak dan cucu cucu kita. Kita memang bukan asli sini. Tapi anak-anak kita lahir di tanah ini. Mereka berhak untuk tinggal di sini. Jika kita digusur bagaimana nasib mereka. Hidup Benciribut! Usir Pihak PT!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun