Jika semua orang ditanya siapa yang paling dicintai oleh Aji selain Tuhan, orangtua dan Paman Kasman, mungkin semua jawaban mereka akan sama yaitu Arum.Â
Namanya: Aji Firman Lesmana, salah seorang pemuda kampung Jatirejo yang tinggal sebatangkara di rumah peninggalan orang tuanya. Ayahnya meninggal ketika usia Aji masih dua belas tahun, lalu kemudian disusul ibunya dengan jarak waktu tiga tahun.Â
Setelah lulus SMP, dia tidak melanjutkan pendidikannya. Aji memilih untuk bekerja sebagai kuli panggul di pasar, dan kadang-kadang menjaga toko beras milik pamannya, Pak Kasman.Â
Sebetulnya paman Kasman sudah menawarkan diri untuk mengurus Aji dan membiarkan Aji melanjutkan sekolahnya, minimal sampai tamat SMA. Tapi Aji menolak, katanya tidak mau merepotkan.Â
Terlebih lagi anak Paman Kasman sudah enam, Aji tidak mau menambah beban Paman Kasman menjadi tujuh. Ditambah istrinya paman Kasman, yang kadang-kadang selalu menggerutu kalau paman Kasman terlalu baik pada Aji.Â
Namanya juga bukan orangtua sendiri, hal seperti itu maklum terjadi.Â
Hari ini Aji berangkat ke pasar lebih pagi dari biasanya. Kemarin dia diberi tahu ada pekerjaan tambahan yang harus dilakukan oleh Aji di tokonya Paman Kasman.Â
Aji dan Pamannya berjalan kaki karena jarak dari kampung mereka ke pasar tidak terlalu jauh. Baru beberapa langkah meninggalkan rumah, Aji menghentikan langkah kakinya ketika mendengar lantunan ayat suci al-qur'an yang dilantunkan dengan suara merdu dari arah masjid. Tidak biasanya jam segini sudah ada yang mengaji.Â
"Kenapa, Ji?" tanya paman kasman kebingungan karena Aji tiba-tiba melamun.Â
"Siapa yang mengaji jam segini paman?" Aji balik bertanya.Â