Sejak keluar dari bangku kuliah, banyak hal terasa baru. Awalnya, ego dalam diriku enggan untuk belajar hal baru. "Ah, aku sudah kuliah 4 tahun, apa aku harus belajar lagi?" tuturku dalam hati. Namun, realita justru menjadi tempat yang meruntuhkan egoku.
Runtuhnya ego membuatku dapat memperluas pandanganku terhadap hidup. Material belajar dari berbagai sumber aku lahap, mulai dari pengalaman orang lain, podcast, konten, hingga tentunya buku.Â
Buku menjadi salah satu sumber inspirasiku. Setidaknya satu hari dalam seminggu, aku dedikasikan diri untuk berdialog dengan Malcolm Gladwell, Morgan Housel, Mark Manson, sampai Robin Sharma. Aku mendapatkan wejangan bagaimana memandang dunia dengan perspektif yang lebih utuh.Â
Dari sekian banyak pemikir yang aku ajak dialog, pemikiran Robin Sharma yang banyak menorehkan tinta dalam perjalanan hidupku akhir-akhir ini. Semua penulis yang aku baca gagasan-gagasannya menantang kemapanan, tapi Robin Sharma agak berbeda karena reflektif. Pemikirannya tentang pengembangan diri membuatku memikirkan ulang apa yang aku yakini. Salah satu karyanya, The 5AM Club, menjadi buku favoritku di tahun ini.Â
The 5AM Club memiliki banyak perspektif yang dapat dipraktikkan dalam hidup. Dari sekian banyak, aku akan bahas tiga hal yang menurutku sangat menarik.
Karya adalah refleksi
Robin Sharma mendorongku untuk fokus dalam berkarya. Bagi Robin Sharma:
Baca juga: Tidak Ada Orang Sukses yang Self-Made"Your work is a reflection of respect for yourself. Put the highest energy and concentration into your work."
Selama ini aku menganggap bekerja ya bekerja saja. Aku lakukan semaksimal mungkin. Namun Robin Sharma memberikan sudut pandang yang menjadi peganganku dalam bekerja. Pekerjaan dapat menjadi cerminan seberapa besar kita menghargai diri sendiri.
Secara tidak langsung, Robin Sharma mengingatkanku bahwa bekerja harus optimal. Hasil kerja yang aku lakukan merupakan refleksi dari potensi diriku. Mengerahkan 80%, itu berarti aku mengupayakan 80% dari potensi maksimalku. Robin Sharma menuntunku untuk. memberikan 100% di setiap pekerjaan.
Kapasitas dan Lingkungan yang Tepat
Aku mungkin sempat berpikir seperti ini, "Kenapa kadang aku sulit mengerahkan 100%?" Robin Sharma punya jawabannya:Â
"We all have the capacity to do great things, but our reality's perception limits us."