Ia rupanya masih ingin bertahan di Manchester United, berjuang untuk membuktikan bahwa dirinya memang layak menjadi benteng terakhir Setan Merah.
Sikap Onana ini tentu dapat dipahami. Musim pertamanya di Old Trafford memang tidak mudah. Ia datang dengan ekspektasi tinggi menggantikan David De Gea, dan beberapa kesalahan di awal musim sempat membuatnya menjadi sasaran kritik.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, performanya semakin membaik, menunjukkan kemampuan tekel dan distribusi bola yang memang menjadi ciri khasnya. Adalah wajar jika seorang atlet ingin menebus "kesalahan" dan membuktikan diri di hadapan para suporter yang sempat meragukannya.Â
Saya pribadi merasa ini adalah keputusan yang tepat baginya, setidaknya untuk saat ini. Meninggalkan klub setelah hanya satu musim, terutama di tengah upaya pembuktian diri, bisa jadi akan meninggalkan penyesalan di kemudian hari.
Loyalitas di Tengah Tekanan Pasar
Keputusan Onana untuk tetap bertahan di Manchester United menunjukkan bahwa ia memiliki mentalitas yang kuat.Â
Tekanan untuk seorang penjaga gawang di klub sebesar Manchester United sangatlah besar, dan Onana telah merasakannya secara langsung.Â
Namun, alih-alih mencari jalan keluar yang lebih mudah, ia memilih untuk menghadapi tantangan. Ini adalah karakter yang dibutuhkan seorang pemain untuk sukses di level tertinggi.
Mungkin saja ada yang berpendapat bahwa Onana hanya menunggu tawaran yang lebih besar atau dari klub yang lebih bergengsi. Namun, saya cenderung melihatnya sebagai keinginan tulus untuk memenuhi janjinya kepada para penggemar dan manajemen yang telah mempercayainya.Â
Apalagi, jika ia benar-benar pergi setelah hanya satu musim, stigma "gagal" bisa saja melekat padanya, meskipun performanya di paruh kedua musim lalu sebenarnya menunjukkan peningkatan signifikan.
Monaco Tak Menyerah Begitu Saja, dan Rencana Cadangan