Siapa yang Sakit Hati?
Kalau Pak Haji mundur atau 'dimundurkan' siapa yang rugi? Terpilihnya Pak Haji mendampingi Pak Jokowi merupakan keputusan konstitusional. Kinerja beliau adalah demi kepentingan bersama, seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada lagi main kubu-kubuan.
Apakah nanti Pak Haji mundur atau 'dimundurkan', harus diterima dengan lapang dada, 'legowo'. Â Tidak ada prasangka negative dann tidak ada sakit hati. Demikianlah seharusnya kita menyikapi. Apakah NU atau kaum Nadhiyin akan marah misalnya digantikan posisinya oleh Luhut atau Prabowo? Tidak juga.
Orang NU pasti mengerti bagaimana kondisi Pak Kyai saat ini. Kiprah beliau setahun ini sudah crystal clear, tampak jelas bagaimana. Kecuali ada yang ditutup-tutupi oleh media. Tapi untuk apa menutupi aktivitas seorang Wakil Presiden?
Pak Kyai Ma'ruf memang tidak sepopuler Adam Malik, BJ Habibie atau  Hamengkubuwono pada zamannya. Bagaimanapun beliau telah berusaha memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Kalau saat ini belum dipopulerkan oleh media, mungkin belum saatnya. Atau, memang demikian kenyataan yang harus diterima.
Jadi Wakil Presiden memang tidak mudah, sekalipun hanya karena masalah kehabisan bensin saja, Wapres bisa viral. Karena itu, wajar, jika Wapres lama tidak muncul, rakyat jadi tanda tanya. "Ke mana aja Pak?"
Malang, 12 August 2020
Ridha Afzal