Malam tadi, ku gadaikan kepalaku dengan ratusan cerita pendek, ku simpan salah satunya yang menurutku mungkin kau suka, berkisah tentang seorang pria yang khusyuk berdoa. Ia ingin menyuap Tuhan, dengan memberi-Nya seikat mawar dari halaman rumah tetangga, serta seluruh amal kebaikannya selama puluhan tahun.
"Oh Tuhan, atas ratusan sujud sembahku aku tak ingin ditukarkan dengan surga yang Serba ada. Hanya ingin sepetak tanah tanpa surat kepemilikan dari Negara, bising kalangan kaum muda yang ugal-ugalan, serta ibu-ibu yang tak pernah membaca buku panduan tata cara berkendara.
"Tuhan, jika memang diizinkan, aku ingin menghias sendiri sepetak surgaku, menyisir tanahnya dengan rindang Angsana dan Jati, tembakau, serta berbagai jenis biji kopi.
"Jangan lupa pula sebuah perpustakaan kecil yang berisi ratusan buku-buku, serta sebuah pesisir pantai yang selalu senja.
"Dan yang terpenting, Tuhan-ku, aku ingin di tempatkan dan hidup di sepetak surgaku dengan gadis yang kucinta.
"Lengkap dengan sepotong hatinya, yang tak pernah kudapatkan di dunia.
Tulis Satria, sahabatku, yang sekarang hidup secara wajar di Kota Banda Aceh.
Untuk Satria temanku di kontrakan Kampung Laksana, buku ini ada di bilik kamarku, yang sengaja ku simpan, agar tak sembarang kau lempar kepingan cinta di Kota Langsa.(**)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI