Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Hilang Tak Kembali

15 September 2021   04:30 Diperbarui: 15 September 2021   04:37 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ah rasanya mengungsi sudah menjadi tradisi. Bolak-balik kami mengungsi. Tak hanya sekali dalam setahun. Bisa dua sampai tiga kali. Sudah bertahun-tahun begitu.

Bosan? Pasti! Aku, adik-adikku, Ibu, dan Bapak sebenarnya sudah tak ingin bolak-balik mengungsi. Sampai suatu malam, kami berembug untuk membeli rumah baru. Pindah dari kampung sejauh mungkin. Ke desa yang lebih tinggi tanahnya. Tetapi Ibu keberatan.

“Meninggalkan kenangan itu berat. Apalagi kenangan itu meninggalkan warisan. Kakek buyut pernah berpesan, rumah ini jangan sampai ditelantarkan. Jangan ditinggalkan. Sebab, sudah tak terhitung lagi duka lara yang disimpan di rumah ini, hingga akhirnya melahirkan sejarah,” kata Ibu.

“Keadaan sudah berubah. Kita juga mesti berubah, Bu. Manusia tak mungkin melawan kodrat alam. Tak bisa mengelak dari kehendak Gusti Allah,” sambut Bapak.

Selalu begitu kilah Bapak. Tetapi, tak sesiapapun menyangkalnya. Juga aku. Meski sebenarnya ingin kukatakan, ‘Gusti Allah itu tak mungkin menghendaki hamba-hamba-Nya celaka. Kecuali, karena ia durhaka’. Tetapi, kata-kata itu kusimpan saja. Kubiarkan menjadi catatan kecil dalam benak. Siapa tahu, aku termasuk yang durhaka. Sebab, aku hampir-hampir kehilangan kepercayaan pada orang-orang yang mestinya dipercaya.

Aku masih meringkuk di atas almari kayu tua. Tempat dulu kakek dari kakekku menghembuskan napas terakhirnya. Ditembus peluru tentara Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun