Â
Peran dan keterlibatan perempuan dalam pengelolaan perhutanan sosial sangat nyata, terutama dalam ketahanan pangan. Â Berkembangnya Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dan Kelompok Tani Hutan (KTH) turut menggerakkan roda perekonomian keluarga warga.
Tawa seketika pecah saat Karnelis, Ketua Pakebucu, KUPS Perempuan LPHD Mahara menjelaskan apa arti Pakebucu,  yang menjadi nama kelompok beranggotakan seluruhnya  perempuan ibu rumah tangga yang  memproduksi keripik pisang.
"Pakebucu itu Pasukan Kelompok Butuh Cuan," kata Karnelis tersipu, yang langsung disambut tepuk tangan seluruh peserta Talkshow Literasi Pangan Lokal Parara Mini Festival 2025 di Perpustakaan  Taman Literasi C  Martha Tiahahu, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat 12 September 2025.
Dalam talkhsow bertema Peran Perempuan dalam Perhutanan Sosial  untuk Mendukung Ketahahan Pangan itu juga menghadirkan Mardiansyah (Sekretaris KTH Mulya Sari, Cilangkap, Lebak, Banten), Riska Agustina Afilla selaku perempuan pendamping Perhutanan Sosial,dengan dimoderatori Onma Nafamora dari program officer  Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM)Â
Sejumlah produk kemasan seperti madu, keripik pisang, gula, kopi, hingga tas selempang dari serat kayu untuk membawa barang ada di atas meja. Produk-produk ini merupakan hasil  dari KUPS  Pakebucu dan Kelompok Tani Hutan (KTH) Mulya Sari yang dihadirkan dalam Talkshow Literasi Pangan Lokal di Parara Mini Festival 2025.
Perjuangan Perempuan KUPS Pakebucu
Pakebucu, sebagai sebuah nama kelompok usaha sepintas terkesan lucu namun sesungguhnya menyiratkan keinginan  untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Kebutuhan yang memang benar-benar dirasakan oleh para perempuan masyarakat Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Barat, Jawa Barat.
Bagi para perempuan Desa Malasari yang letaknya dekat Gunung Halimun, keberadaan hutan tak hanya sekedar tempat tinggal. Hutan tapi juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.