Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Sekolah Pertamaku Belajar Toleransi dan Kejujuran

6 Desember 2020   23:56 Diperbarui: 7 Desember 2020   00:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi bisa disalurkan melalui kotak amal ataupun saat sedang ada musibah (dok.windhu)

Ibu mengganti kancing yang mungkin sudah tidak bagus dan menjahit yang robek sedikit. Setelah baju kering, ibu menyeterikanya dan memasukkannya ke dalam kantung plastik dengan rapi.

"Untuk apa seperti itu sih, bu? Kan buat dikasih orang ? tanyaku saat itu.Ibu bilang, kalau ingin memberikan sesuatu kepada orang lain, haruslah dalam keadaan baik.

Jadi, jika niatnya untuk membantu orang lain yang sedang terkena musibah.Apapun latar belakang agama dan sosial. Pakaian yang akan disumbangkan harus diberikan dalam keadaan bersih dan siap pakai. Bukan seperti ingin membuang sesuatu.

Toleransi, salah satunya adalah menghargai perbedaan dan menghormati orang beribadah sesuai dengan agama yang dianut (dok.windhu(
Toleransi, salah satunya adalah menghargai perbedaan dan menghormati orang beribadah sesuai dengan agama yang dianut (dok.windhu(
Ternyata ibu benar, saat tidak jauh dari lokasi rumah ada musibah banjir atau kebakaran,  apa yang ibu lakukan membuat orang yang menerimanya senang dan  berterima kasih karena beda dengan yang lain. Pemberian ibu bisa langsung dipakai.

Biasanya, selain memberikan pakaian bekas atau barang lain yang masih digunakan, ibu menyumbangkan uang sesuai dengan kondisi keuangan. Ikut membelikan sesuatu yang dibutuhkan orang terkena musibah dan bergotong royong dengan ibu-ibu lainnya.

Ibu menekankan jika selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada anak dan keluarganya, sesuai dengan kemampuannya.  Jadi, penting memberikan yang terbaik untuk orang lain.

Tidak perlu memandang latar belakang perbedaan dan status sosial penerimanya, pesan ibu. Cukup berniat tulus dan ikhlas. Ah ibu, betapa baiknya dirimu meski kadang kami merasa ibu terlalu baik. Sehingga kadang muncul protes kecil dari anak-anaknya karena tak semua orang membalas yang sama.

Toleransi dan kejujuran bisa diterapkan dalam pertemanan dan pekerjaan (dok.windhu)
Toleransi dan kejujuran bisa diterapkan dalam pertemanan dan pekerjaan (dok.windhu)
Ibu memang punya toleransi yang tinggi pada perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan. Namun, ibu tidak toleran pada ketidakjujuran, ketidaksiplinan dan ingkar tanggung jawab.         

Sejak kecil, ibu marah kalau anak-anaknya tidak berkata jujur. Segala sesuatu harus dilakukan dengan tanggung jawab. Termasuk harus selalu masuk sekolah dan mengerjakan tugas, kecuali benar-benar sedang sakit.

Harus selalu mengikuti upacara bendera tanpa alasan apapun jika sehat. Haha, ibulah yang selalu pertama menggerakkan orang rumah untuk selalu mengibarkan  bendera, misalnya pada hari kemerdekaan. Ibu mengajak anak-anaknya nonton pengibaran bendera pusaka yang disiarkan televisi!

Mengenai kemandirian, ibu juga mencontohkan. Ya, ibu seorang pekerja keras dan tak pernah berhenti.Usai bekerja kantor hingga sore, dulu ibu membantu bapak di sebuah kios yang menjual buku dan alat tulis yang dimiliki hingga larut malam. Apapun bidang kerjanya selagi positif, siapapun harus bisa menghidupi minimal dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun