Lebih memalukan, di kanal Youtube, viewersnya hanya puluhan orang.
Namun terlepas dari gangguan-gangguan itu, direksi dan komisaris telah berhasil memperbaiki kinerja yang patut diapresiasi di tengah-tengah menurunnya keuntungan hampir semua BUMN.
Namun ditengah prestasinya itu, Telkom justru menjadi incaran orang-orang yang tidak sabar untuk mendapatkan penempatan enak. Alih-alih mengedepankan kompetensi, prestasi dan kapabilitas, Menteri BUMN juntru mengambil langkah blunder dengan membongkar "The Winning Team".
Abdee Dan Para Mentri Korban Reshuffle
Jadi yang mengejutkan netizen kemarin itu adalah digantinya orang-orang berdedikasi yang dipercaya pasar dengan orang-orang yang justru dinilai sebaliknya.
Musisi Slank, Abdee Negara, lalu Menteri korban Reshuffle Bambang Brojonegoro, menyusul korban Reshuffle sebelumnya Wisnutama, kini menduduki kursi empuk di BUMN papan atas itu. Ketika transformasi digitalfi PT Telkom mendekati puncak keberhasilnnya, mereka justru berpesta pora memperebutkan kue manis yang bisa berakibat fatal karena jatuh ditangan pihak yang salah.
Abdee hanyalah salah satu dari sasaran tembak yang diributkan netizen. Memang kalau mau dicari, selalu ada saja jawabannya untuk mencari-cari relevansinya. Â Tetapi untuk menjadi komisaris dibutuhkan Lebih dari itu dan apa tidak ada oranglain? Selain itu, ia diketahui sebagai pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah seminggu dua kali. Â Sementara untuk menjadi pegawai Telkom, punya sedikit gangguan kesehatan saja dijamin tidak lulus.
Namun selain Abdee, tentu ada nama-nama lain yang juga menimbulkan pertanyaan.
Wisnutama Kusubandio  (Komut Telkomsel)
adalah Menteri Pariwisata yang dinilai publik paling tidak berprestasi yang kemudian direshuffle pada bulan Desember 2020. Sedangkan Bambang Sumantri Brodjonegoro juga dua kali terkena reshuffle. Pertama, sebagai Menteri Kuangan pada tahun 2016 ia digantikan oleh Sri Mulyani Indrawati. Dan pada bulan April 2021 ia direshuffle dari jabatan sebagai Menteri Riset dan Inovasi. Â
Yang satu hanyalah punya prestasi sebagai event organizer, sedangkan satunya dikenal sangat birokratik dan kurang inovatif.
Tambahan pula, Bukankah reshuffle menunjukkan kegagalan mereka dalam mengeksekusi visi Presiden?