Menjelang malam aroma tubuhmu luruh bersama sebak air hangat yang kau jerang di atas kompor.
Mulai kubasuh sisa peluh peradaban kapitalisme, tak lupa pula kunyanyikan ode tentang tanah merah, langit putih,
tak lain dan tak bukan biar dadaku tertancap kata merdeka.
Di luar, hari semakin tua. Setua perjalanan puisi menemani, menemui para penulis.
Kekasih, ke sini biar kunyanyikan ode itu kembali.
"Merdeka, Merdeka, Merdeka".
Sambil kuhapus tua lipstik di bibirmu. Agar kau tahu, aku mencintaimu dengan merdeka. Semerdeka tuhan menciptakan puisi di negeri ini.
Karawang, 08 Agustus 2020