Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Payakumbuh dalam Kenangan: Catatan Slow Living Seorang Istri yang Menuju Kekuatan

8 Mei 2025   11:34 Diperbarui: 8 Mei 2025   17:12 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan Menikmati Sate Dangung-Dangung Payakumbuh. Foto Yusriana Siregar Pahu

Ada Air Terjun Sarasah Bunta yang jernih, Air Terjun Aka Barayun, dan Sarasah Murai---semuanya mengajakku duduk, diam, mendengarkan deburan air dan deburan hatiku sendiri.

Tak jauh dari situ, aku menapaki Ngalau Indah, gua alami yang menyimpan stalaktit dan stalagmit berumur ribuan tahun. Aku berjalan pelan, menyusuri lorong gelap dengan penerangan temaram. Sesekali kelelawar melintas. Tapi tak ada rasa takut---hanya sunyi yang menenangkan.

Di puncaknya, aku melihat kota dari atas: kecil, damai, dan seperti menyapaku dengan sabar. Kenangan duduk berdua di tahun 1997 dan 2015 dulu kembali terbentang manis. Membuatku melepas senyum sambil berucap, 'Makasi kenangan manis itu.'

Hari berikutnya, aku menuju Bukik Limbuku dan Bukit Kelinci. Di sana, anak-anak bermain, dan kelinci-kelinci kecil melompat riang. Aku duduk di bawah pohon rindang, memejamkan mata, membayangkan kenangan manis di sini. Kami sedang duduk berdampingan. Tak ada air mata, hanya bisikan dalam hati: "Aku tahu kamu ingin aku bahagia, bukan."

Lalu aku singgah di Puncak Mahat, menyaksikan matahari tenggelam dari ketinggian, sembari membawa secangkir kopi Payakumbuh kesukaanku. Aku suka pahit dan kamu suka manis. Rasa hangat kopi arabika lokal menyejukkan batin yang selama ini dipenuhi kabut rindu.

Makanan: Ingatan yang Menggugah

Ada kenangan di setiap makanan di kota Ibuh ini. Di Payakumbuh, aku seperti bertemu kembali dengan bagian dari diriku yang dulu: yang masih sering tertawa ceria, yang menikmati hidup tanpa beban. "Bacarito se. Galak se!" Begitu kamu dan Ni Yanti mengomentari langkah kita.

Tentu saja aku mencicipi Sate Danguang-Danguang lagi. Duduk di warung sederhana, aku memesan seporsi lengkap. Dagingnya empuk, kuah kuningnya kental berpadu rempah, santan, dan air asam.

Setiap tusuknya seperti membuka lembaran kenangan---kita dulu sangat suka sate ini. Kami pernah berjanji akan kembali ke Payakumbuh bersama-sama, tapi ternyata aku yang kembali sendiri.

Kuah Kuning: Foto Yusriana Siregar Pahu
Kuah Kuning: Foto Yusriana Siregar Pahu

Ingat ketika pagi-pagi kita menelusuri jalan ini mencari sate. Tak satupun kedai terbuka. Meskipun mobil kita sudah menelusur hingga ke pasar Payakumbuh. Ternyata kata Mbah google sate beroperasi mulai senja. Si adek dan akupun sempat kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun