Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Garing dan Nuqtah

5 Desember 2023   16:10 Diperbarui: 5 Desember 2023   16:14 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bulan ada, Bu!" Teriak Bulan teman sebangku Recha.

"Boleh untuk Hafidz, Bulan?" Tanya Bu Guru Nana sopan.

"Boleh, Bu!" Angguk Bulan sambil berjalan menuju ke meja Bu Guru Nana.

"Oke Hafidz, ini Bu Guru Nana juga makan irisan bawang putihnya, Nak. Malah tanpa permen. Khusus Hafidz, boleh memakai permen karena pemula. Isap keduanya, ya. Jangan dikunyah." Jelas Bu Guru Nana sambil melirik Ite di belakangku.

Dengan terpaksa Hafidz menerima dua benda itu. Irisan bawang putih dan permen. Bola mata temanku itu berputar-putar kala ia memasukkan kedua benda itu ke dalam mulutnya. Tanpa kusadari, aku meringis.

Semua itu tak luput dari amatan Ibu Guru manis itu. Ibu Guru Nana menikmati irisan bawang putih di mulutnya. Wajahnya santai bak menghisap permen susu saja. Aku hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Gegara garing alias garis miring temanku Hafidz berakhir dengan obat herbal bawang putih. He he he.


Tiba-tiba aku teringat Bu Guru El. Beliau guru Bahasa Arab di sekolahku. Beliau juga punya cerita lucu sejenis garing. Bila ingat cerita beliau, akupun senyam-senyum. Kala itu beliau katanya kuliah di UIN.

Beliau saat itu tahun satu dan semester satu kuliah. Ketika dosen beliau mendiktekan catatan. Selalu di akhir kalimat, dosen berkata nuqtah. Dengan lugunya Bu Guru El menulis nuqtah di tiap akhir kalimatnya.

Dosen itu pun berujar, "Saudari, nuqtah cukup ditulis memakai tanda baca titik (.) saja. Nuqtah artinya titik."

Duh...untung cuma teman di sebelah beliau saja yang mendengar katanya. Kebetulan pula teman di sebelah kiri-kanannya sedang fokus menulis hingga mereka tak terlalu peduli.

Akupun senyam-senyum mengingat cerita Bu Guru El. Segera aku menatap Bu Guru Nana. Kulihat beliau sibuk dengan laptopnya. Aku alihkan mata ke sekeliling kelas. Semua temanku pun sedang asyik menjawab soal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun