Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Marak Berita Penculikan Anak, Benar atau Tidak Ya?

3 Februari 2023   06:17 Diperbarui: 3 Februari 2023   06:34 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duh, hari ini sedang marak berita tentang penculikan anak. Bagaimanapun saya selaku Ibu dan Anda juga selaku orang tua, pasti cemas dong.

Benar. Cemas banget Bunda. Dari saya kecil, berita penculikan anak memang sudah bikin deg-degan. Gimana tak deg-degan, saat itu saya belum sekolah. Sudah diberi tugas oleh orang tua menjaga dua adik lelaki saya.

Jarak umur kami dua tahun. Mungkin saat itu usia saya 6 tahun, adik lelaki saya yang nomor dua 4 tahun, dan dibawahnya 2 tahun. Kemana saya pergi, mereka berdua saya bawa. Orangtua kami ke sawah.

Lalu saat kami asyik bermain di halaman belakang rumah, nenek sebelah rumah berpesan, "Yus, adikmu dijaga ya, jangan jauh-jauh mainnya. Sekarang lagi musim penculikan anak."

Sayapun mendengar itu tiba-tiba cemas. Apalagi kampung terasa mendadak sepi.. Di belakang rumah kami biasanya banyak anak bermain. Di sungai di belakang rumah itu juga biasanya ramai ibu-ibu mencuci. Namun, waktu itu mendadak kampung sepi. Sepi sekali.

Kami bertiga bertatapan. Meskipun mereka kecil-kecil, mungkin faham juga arti penculikan anak. Saat itu memang sedang ada pula pembangunan dua jembatan besar. Di Aek Pasir dan di Tingkarang. Konon, jika ada pembangunan jembatan, katanya agar jembatan kuat, sebaiknya ada tumbal.

Tumbal ini berupa kepala anak kecil. Mengingat itu, sayapun menangis, dan kedua adik sayapun ikut menangis. Kami menangis bertiga. Entah mengapa, tak ada kepikiran untuk membawa kedua adik saya berkurung di dalam rumah.

Rumah bukanlah tempat yang aman kala itu menurut saya. Hingga nenek yang berpesan tadi lewat. "Mengapa menangis, "tanyanya? "Takut? Ayo ke rumah nenek saja," ajaknya.

Kamipun bersembunyi di rumah nenek itu. Di dapur rumahnya. Yah, entah benar atau tidak penculikan anak saat itu, saya juga kurang tahu. Yang jelas, saya tak pernah mendengar ada anak di kampung itu yang hilang. Tak ada pula kelanjutan cerita penculikan itu hingga kami sekarang sudah dewasa dan sehat walafiat.

Nah, demikian pula hari ini. Berita penculikan anak marak lagi. Betapa banyak anak Indonesia yang cemas dan menangis seperti saya dan kedua adik saya dulu. Mereka terpaksa kakak adik di rumah atau menunggu jemputan di sekolah dengan jantung berdebar dan tentu dengan pertanyaan sama. 

"Benar atau tidak, ya sedang marak penculikan anak?"

Isu penculikan anak di zaman saya, untuk dijadikan tumbal pembangunan jembatan. Sedang saat ini, isu penculikan anak untuk dimutilasi dan setiap organ tubuh dijual. Duh, anak dan orang tua mana yang tak cemas, coba.

Terlepas dari isu penjualan organ tubuh manusia, isu penculikan anak juga memang nyata dan biasanya untuk dijadikan pengemis oleh sekelompok preman di kota-kota besar. Makanya, kuta tetap cemas dan khawatir. Isu penculikan anak tetap harus diwaspadai.

Khawatir ada yang memanfaatkan situasi ini. Kita lengah, maka terjadilah penculikan itu. Diharapkan kita selaku orang tua tetap waspada dan awasi anak kita. Apalagi beberapa wilayah di Indonesia masih diviralkan dengan adanya kabar penculikan anak ini. 

Meskipun pihak kepolisian menyebut kabar penculikan itu hoax, tak ada salahnya orangtua tetap waspada. Penculikan kadang bukan karena ada niat pelaku, tapi karena ada kesempatan.

Apalagi kita yang tinggal di semi kota besar dan kota besar, interaksi dan relasi sosial antar warganya mulai renggang. Sikap tak mau tahu dengan anak tetangga dan lingkungan sekitar terjadi. Padahal, untuk mencegah penculikan anak, interaksi ini harus terjaga.

Contohnya saya di atas, ditenangkan oleh tetangga kami. Nenek. Hal interaksi perlu dilakukan orangtua. Interaksipun dapat meningkatkan pengawasan terhadap anak dari lingkungan. Juga membekali pendidikan dasar anak bagaimana menghadapi orang asing.

Ya, sejatinya orangtua membangun relasi. Relasi dan interaksi dengan sekitarnya akan membuat masyarakat sekitar tahu ini siapa dan anaknya siapa. Dengan demikian lingkungan pun ikut mengontrol anak-anak sekitarnya jika ada penyimpangan perilaku sosial termasuk penculikan.

Saat ini kita telah mengalami perubahan sosial yang mengkhawatirkan. Terutama dengan hadirnya teknologi. Teknologi berkembang dengan begitu pesat dan mengubah cara berpikir dan bekerja kita.
Individualisme menonjol.

Perubahan pola interaksi ini lebih banyak terjadi di daerah urban atau perkotaan. Masyarakatnya demikian karena karakteristik masyarakat beragam dari berbagai daerah dan mobilitas tuntutan kerja tinggi.

Kasus penculikan di kota besar seperti Jakarta merupakan contoh wilayah urban, pendatang dari berbagai daerah. Penculikan terjadi karena masyarakat di sana berprinsip, siapa lu siapa gua. Masa bodoh. Tidak sda aware antar orang karena tak saling kenal.

Beda dengan saya yang tinggal di desa, wilayah kecil, antar warga masih ada hubungan famili, sehingga saling peduli.

Namun, kita bersyukur, dengan adanya informasi penculikan anak di media sosial akan membuat orangtua waspada. Meskipun dengan kian maraknya informasi itu di satu sisi menyebabkan ketakutan.

Di sisi lain informasi ini alarm bagi kita agar menjadi bahan renungan bersama untuk meningkatkan interaksi bagi masyarakat dan bisa ebih waspada sehingga meningkatkan kesadaran menjaga satu sama lain. Guru menjaga siswanya, tetangga menjaga tetangganya. Satu RT, kelurahan saling jaga.

Sekolah memiliki peran penting dalam pengawasan dan menjamin keamanan anak di lingkungan sekolah. Misalnya mengetatkan aturan penjemputan saat pulang. Sekolah hanya mengizinkan anak dijemput oleh orangtua. Jika bukan orangtua, harus ada identitas diri.

Orang yang sebelumnya sudah dikonfirmasikan orangtua kepada pihak sekolah bahwa yang melakukan penjemputan bukan orangtua. Selain itu. Selain itu sekolah perlu melengkapi fasilitas keamanan di lingkungan sekolah. Satpam misalnya.

Pemerintah pun perlu meningkatkan pengamanan seperti saat jelang hari besar dengan menyiapkan nomor siaga dan penjagaan siaga di pos-pos strategis. Bila masyarakat butuh cepat tanggap.

Harus diingat bahwa menjaga keamanan anak dari tindak penculikan ini tak bisa dilakukan orangtua atau lingkup keluarga saja. Namun, menjadi tanggung jawab kita bersama. Melibatkan banyak aktor lain, seperti masyarakat setempat, sekolah tempat anak belajar, hingga pemerintah (kepolisian).

Isu penculikan anak masalah sosial bersama. Apalagi modus penculikan menggunakan bius. Misalnya dalam video penculikan anak di Bekasi yang sedang viral. Terlihat seorang anak duduk di teras rumahnya. 

Lalu seorang pria mendekati anak dan membiusnya. Anak tak sadarkan diri dan pria tersebut memasukkan anak ke dalam karung putih. Memang kabar penculikan anak  itu dipastikan oleh pihak kepolisian hoax. Seperti ditegaskan Kapolsek Bekasi Utara.

Ini tips yang perlu kita terapkan kepada putra putri kita agar terhindar dari penculikan anak. Meskipun benar tidaknya berita tersebut. Berpandai-pandai dalam menyampaikan ya, Ayah Bunda agar mereka tak trauma dan tetap semangat beraktivitas.

Pertama, sampaikan kepada anak untuk menutup pintu pagar rumah dan menguncinya bila bermain di teras.

Kedua, jangan bermain di teras sendirian jika tak ada pagar teras.

Ketiga, belilah keperluan rumah dan jajanan anak dalam partai secukupnya untuk menghindari anak jajan ke luar rumah apalagi jika rumah kita jauh dari kedai atau toko.

Keempat, antar jemput anak tepat waktu ke sekolah dan pilihlah sekolah yang aman dengan fasilitas penjagaan sesuai standar keamanan.

Kelima, pesankan kepada anak jangan keluar dari gerbang sekolah dan jangan jajan ke luar sekolah. Stay menunggu jemputan di sekolah.

Keenam, Bila bukan orangtua yang menjemput anak, misal tukang ojek kenalan, meskipun mereka yang menjemput Anda kenal, tetap bekali anak dengan jarum pentul.

Bila ada kejadian di luar prediksi, anak menggunakan jarum pentul untuk menusuk anggota tubuh terdekat si penculik atau tukang ojeknya.

Ketujuh, selalu berserah diri kepada Allah dan senantiasa berdoa dan berdzikir.

Kedelapan, waspadai orang asing atau orang tak dikenal. Jangan sendirian dan tetap kawal anak kita bila keluar rumah. Jangan biarkan ia sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun