Anda juga pernah merasakan hal serupa? Ada baiknya untuk segera introspeksi diri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain yang tidak pernah bisa mengerti keadaan Anda. Bisa jadi kesalahan itu ada pada diri kita yang tak mampu mengungkapkan perasaan secara benar dan bisa dimengerti oleh orang lain.
Saya, sewaktu mahasiswa membawakan acara pertemuan di kampus. Yang hadir rektor, dekan berbagai fakultas, ketua jurusan, dan mahasiswa. Saya pun dengan percaya diri membuka acara. Ketika itu saya menggunakan pujian bahasa Arabnya As-Shaff ayat 9. "Liyuzzirohu" ini salah.Â
Ketua panitia acara selaku yang pertama saya panggil untuk memberi sambutan menegur saya. Beliau dosen dan dekan Fakultas Agama Islam. " Maaf, Saudara pembawa Acara, saya ralat ayat Saudara, yang benar adalah "Liyuzhirohu." Kemudian beliau menjelaskan perbedaan artinya.
Saat itu, tentu kita malu. Namun, teguran itu begitu spontan dan lugas. Bermanfaat di kemudian hari. Karena kurang ilmu, saya lupa berterima kasih dan meminta maaf di forum itu. Saya hanya mampu memperbaiki lafaz 'liyuzhirohu' setiap kali diberi lagi kesempatan membawakan acara, kebetulan beliau selalu hadir sebagai tamu.
Akan tetapi, murid saya Rei, lebih maju dan beradab dari saya. Usai belajar ia mengikuti saya, mengulurkan tangan, dan meminta maaf. Sungguh dia lebih maju dan berani satu langkah dari saya. Introvert-an mana kami berdua?
Pada tulisan ini, saya rasa penting kita membahas tentang apakah bisa si introvert berubah? Apa saja penyebab kamu sulit dimengerti oleh orang lain? Benarkah biangnya si introvert? Lalu apa solusinya?
1. Kode Bukan Pernyataan yang Jelas
Ketika kita merasa sulit untuk mengutarakan perasaan secara langsung kepada orang lain, kita lebih memilih untuk memberikan berbagai kode dengan harapan orang tersebut akan mengerti dengan maksud dan tujuan kita.
Ternyata anggapan itu salah. Masalahnya tak semua orang bisa membaca isi pikiran kita secara rinci. Meskipun kita sudah memberi kode. Justru kode, kadang bisa membuat orang menjadi salah persepsi hingga akan membuat kita kesal nantinya.
Ada baiknya kita memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang dirasakan secara langsung meskipun itu pahit dan sulit. Jujur lebih ekspresif. Kita pun bisa langsung mengetahui respon lawan bicara kita. Kemampuan mengekspresikan isi pikiran, keinginan, dan perasaan ini, memang harus diajarkan orang tua sejak dini.
Seperti Rei di atas. Harusnya Rei diajari cara diskusi, Â angkat tangan. Ketika Rei angkat tangan guru akan bertanya, ada apa Rei? Barulah Rei mengatakan ingin tampil langsung tanpa diseleksi dengan permainan.