[caption id="attachment_416636" align="aligncenter" width="500" caption="Cintaku Berat di Ongkos (www.arijulianto.com)"][/caption]
Ungkapan “Cintaku Berat di Ongkos” memang fakta yang sering dialami oleh banyak orang. Contohnya adalah kasus yang belum lama ini terjadi di Kota Palembang, di mana dua pemuda terlibat kasus pencurian bensin dua liter di sebuah warung penjual bensin. Septo Utomo (19) dan Redi (20) nekat mencuri bensin lantaran kehabisan uang usai ngapel pacarnya yang jaraknya agak jauh dari rumahnya. Sisa uang mereka yang hanya Rp 3.000,- tak mungkin cukup untuk beli bensin, sekalipun satu liter saja. Padahal jarak tempuh masih jauh sedangkan bensin sudah mepet. Satu di antaranya, Septo, berhasil ditangkap warga setelah pemilik warung, Konceng (39), memergokinya dan berteriak maling. Sedangkan Redi masih dalam buronan.
Peristiwa kocak tersebut sungguh membuktikan bahwa anak muda jaman sekarang sering kali menghalalkan berbagai cara untuk mencapai hasrat mereka. Bukan hanya kasus pencurian bensin di atas, masih banyak fenomena anak zaman sekarang yang seringkali membuat orang tua ‘gedheg-gedheg’ (keheranan) dengan perilaku mereka. Misalnya saja minta uang orang tua untuk bayar sekolah, padahal hanya untuk beliin kado pacar yang ulang tahun. Siswa sekolah yang minta izin ke belakang sebantar, padal dia keluar dari area sekolah hanya untuk nongkrong atau kumpul dengan teman-temannya dari luar. Ataupun uang jajan yang sengaja tak dimanfaatkan untuk makan namun hanya untuk beli rokok karena sudah ketagihan. Belum lagi fenomena mengkhawatirkan yang harus disadari banyak orang tua saat ini, seperti pergaulan bebas, konsumsi obat-obatan terlarang, pencurian atau berbagai tindakan kriminal lainnya yang berakibat fatal.
Hanya gara-gara uang, banyak anak muda yang menghalalkan berbagai cara untuk dapat memenuhi nafsunya tanpa berpikir panjang bahwa itu akan merugikan orang lain, akan mempermalukan orang tua mereka, akan mencoreng nama baik diri sendiri dan berbagai akibat buruk lainnya. Yang ada di benak hanyalah “bagaimana agar keinginan saya dapat terwujud dengan cepat dan mudah”, entah dengan jalan yang benar atau salah. Semua akan diterobos tanpa rasa takut atau was-was.
Para orang tua, kasus di atas sungguh menjadi pembelajaran bagi semuanya bahwa anak-anak kita kini sedang berada dalam proses pencarian jati diri. Dalam proses ini, mereka memiliki banyak keinginan, emosi masih sangat labil, mudah membangkang kepada orang tua, ego sangat besar bahkan belum menyadari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Seperti kasus di atas, jika kita adalah orang tua dari pelaku, mau ditaruh di mana wajah kita? Mereka nekat mencuri bensin di mana harga bensin tak seberapa, Rp 20.000 pun akan ada sisa kembalian. Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, dua pemuda ini belum tentu berasal dari keluarga yang terbelakang. Bisa saja mereka anak yang berkecukupan, namun kebandelan mereka menyebabkan orang tua tak mau umbar uang untuk anak-anaknya sebagai pembelajaran. Bisa saja orang tua pemuda ini sudah memenuhi kewajibannya memberi uang jajan, namun karena uangnya mereka habiskan dalam waktu singkat hanya untuk menyenangkan pacar tanpa berpikir panjang, akhirnya mereka kehabisan uang di jalan.
Melihat fenomena ini, kini sebagai orang tua harus menyadari betapa pentingnya me-manage anak dari A-Z agar mempermudah kita dalam membimbing kehidupannya. Boleh saja kita memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai hal seperti yang mereka inginkan, namun satu hal yang perlu dijadikan patokan bahwa semuanya harus dilakukan dengan penuh “tanggung jawab”. Jadi, takkan ada pihak yang dirugikan akibat perbuatan mereka. Untuk masalah uang, mulailah didik anak kita untuk bisa menabung dari uang jajan yang kita berikan. Didiklah mulai dini agar mereka dapat mengontrol pengeluaran sesuai dengan prioritas kebutuhan, bukan hanya karena keinginan semata. Untuk masalah pacar, boleh saja dia berpacaran, namun harus dilakukan secara sehat serta tidak melanggar etika dan agama. Untuk melakukan berbagai hobinya, silakan diberi kebebasan asalkan itu tidak merugikan orang lain dan bisa membahagiakan dirinya.
Jadilah orang tua yang bisa menjadi kawan bagi anak-anak. Curahkan perhatian dan berikan kebebasan yang bertanggung jawab agar mereka terbiasa mandiri. Dapatkan info yang akurat ke mana mereka akan pergi atau sedang bersama siapa sehingga kita memastikan bahwa ia berada dalam jalan yang benar. Bukan jamannya lagi orang tua mengurung anak di rumah dan dilarang bersosialisasi di luar. Bukan jamannya lagi orang tua malarang anak-anaknya untuk pacaran karena ini salah satu cara untuk menemukan pasangan hidupnya kelak. Jika anak meminta uang, berikanlah sesuai kebutuhan mereka, jangan berikan uang yang melebihi permintaan jika memang Anak Anda tipenya boros. Didiklah sedari dini bahwa mencari uang itu sulit agar mereka dapat memanfaatkan uang secara bijak dan digunakan untuk hal-hal yang penting saja.
[caption id="attachment_416637" align="aligncenter" width="480" caption="Orang Tua Memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada anak (m.keepo.me)"]

Semoga anak Anda tidak mengalami hal di atas, harus kepentok masalah hukum gara-gara “Cintaku Berat di Ongkos”. Berikan pemahaman bahwa pacaran tak harus mahal dan boros. Pacaran tak harus ngasih hadiah mahal ke pacar. Pacaran yang sesungguhnya adalah pendekatan dari hati ke hati, utamakan kesetiaan dan kejujuran serta mempersatukan tujuan masa depan. Tapi satu hal yang tak boleh terlupa, yaitu tetap harus mengutamakan belajar sebagai bekal di masa depan.
Semoga Bermanfaat,
Riana Dewie
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI