Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perang Tiada Akhir: Kecerdasan/Malaikat vs Ego Palsu/Iblis

27 November 2022   13:30 Diperbarui: 27 November 2022   13:33 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Diolah Penulis (wallpaper.dog)

Hai sahabat pembaca budiman!

Dari semenjak dahulu kala, peperangan Dewa/Malaikat dan Asura/Iblis tak pernah berhenti.

Sebagaimana tertulis dalam Epic Ramayana dan Mahabharata, peperangan antara Kebaikan dan Kejahatan, Dewa/Malaikat melawan angkara murka Asura/Iblis mewarnai semesta raya ini ribuan tahun silam.

Kini kita hidup di zaman modern, yang mana Dewa/Malaikat dan Asura/Iblis berperang di pikiran kita. Siapa yang berkuasa, maka ia berkuasa atas Ruh diri kita kelak.

Karena baik malaikat maupun Iblis, semuanya memiliki kemampuan mistis yang mampu memperkecil ukuran dirinya, dengan merubah wujud diri menjadi energi yang hadir pada pikiran kita. Hal ini dijelaskan dalam Al-Hadits:

Rasulullah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya setan dan iblis menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan dan iblis itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. Hadits Riwayat Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Malaikat menjadi energi positif, sementara iblis sebaliknya.

Malaikat akan merasa terbantu dalam peperangan di dalam pikiran kita, apabila kita senantiasa mengingat Nama Suci Tuhan sesuai keyakinannya, baik dilisankan atau didawamkan dalam hati. Dan juga sangat terbantu jika kita menghindari konsumsi daging-dagingan juga minuman keras, dan makanan juga minuman yang dilarang oleh agama. 

Mengapa daging-dagingan berpotensi mereduksi kesadaran? Karena pembawaan sifat hewani pada daging yang mempengaruhi pola pikir kita. Walau sejatinya daging yang dihalalkan dalam ajaran Islam, itu baik untuk daya kritis pengonsumsinya sehingga kesempatan untuk muhasabah/introspeksi di masa dewasa kemungkinan besar terjadi.

Sebaliknya Iblis akan merasa terbantu jika kita tidak mengingat Nama Suci Tuhan, bahkan dengan rakusnya makan daging-dagingan secara berlebihan, juga mengonsumsi makanan dan minuman yang diharamkan oleh agama.

Iblis berupa ego palsu dalam diri kita, sementara Malaikat berupa Kecerdasan dalam diri kita.

Kecerdasan pikiran kita mengantarkan diri manusia pada kemujuran dan keberuntungan. Dengan cerdasnya manusia melalui pikirannya menghindari segala ikatan duniawi yang menyengsarakan. Maka hidupnya dipenuhi kesederhanaan, sikap penuh kesalehan dan selalu terjaga dari segala kesalahan fatal yang kelak membuatnya putus asa.

Sementara ego palsu pada pikiran kita mengantarkan diri kita pada keputusasaan dan kemalangan. Ego palsu membuat manusia selalu berpikiran hedonistik dan materialistik, selalu mengejar pemenuhan syahwat, melanggar norma, hingga akhirnya rugi sendiri karena kesalahan fatal yang diperbuat dirinya sendiri.

Dengan mendominasinya Malaikat pada pikiran kita, maka saat kita menjelang wafat, malaikat akan mengantarkan Ruh kita ke alam yang kekal dimana Tuhan berada.

Sebaliknya... jika Iblis mendominasi pada pikiran kita, maka saat kita menjelang wafat, Iblis akan mengantarkan Ruh kita pada lembah keputusasaan, apakah itu? Yakni kehidupan Neraka.

Jadi.

Jika kita yakin kepada Allah, saat menjelang wafat jika Malaikat Allah mendominasi pikiran kita, maka Malaikat Allah kelak mengantarkan Ruh kita ke Surga Allah, dan disana kita memperoleh badan surgawi yang kekal. Insya Allah husnul khotimah.

Jika kita yakin kepada Krsna, saat menjelang wafat jika Para Dewa yang dipimpin Sri Krsna mendominasi pikiran kita, maka Dewa-Dewi kelak mengantarkan Ruh kita ke Vaikuntha-Loka (Alam Tanpa Rasa Cemas), tempat dimana dewa tertinggi berada, dan disana kita memperoleh badan ruhani yang kekal.

Jika kita yakin kepada Sang Buddha, saat menjelang wafat Para Dewa yang dipimpin oleh Sang Buddha mendominasi pikiran kita, maka Dewa-Dewi kelak mengantarkan Ruh kita ke Nirwana. Niscaya terbebas dari derita samsara.

Jika kita yakin kepada Yesus Kristus, saat menjelang wafat jika Malaikat Allah Bapa mendominasi pikiran kita, maka Malaikat Allah Bapa kelak mengantarkan Ruh kita ke Surga Bapa, dan disana kita memperoleh badan surgawi yang kekal.

Jadi Alam yang Kekal itu sungguh luas dan beraneka ragam. Tuhan tidak semata-mata menciptakan Agama yang beragam, karena kesadaran manusia dalam berketuhanan yang beragam pula.

Jangan sia-siakan akhir hayat kita, semoga kita semua meninggalkan alam dunia ini dalam keadaan Malaikat/Dewa menguasai pikiran kita sehingga kita semua berpulang ke Alam yang Kekal dimana Tuhan Yang Maha Esa berada. Aamiin YRA.

Salam Mantap!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 27 November 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun