Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuan dan Puan, Kami Sengsara

19 Desember 2020   17:45 Diperbarui: 19 Desember 2020   18:01 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Rian Marviriks

Wahai tuan dan puan yang terhormat..
Kami hanyalah anak kecil yang tak terhormat...
Dari ujung padang sabana terdengar suara tangis sang janda...
Namun tuan dan puan tak lagi bersuara..

Wahai tuan dan puan yang sedang duduk manis...
kami tak sama dengan kalian yang selalu tertawa tak tulus...
Sedang sang janda harus menangis..
Demi anak yang sedang berbadan kurus..

wahai tuan dan puan pemilik tanahku...
Kami tak punya uang untuk membayar orang-orang melawanmu...
Tetapi kami masih punya hati nurani....
 Hendak dijadikan sennjata tuk membasmi..


Wahai Tuan dan Puan...
Teriakan duka kami akan selalu menegur kebijakanmu...
Tangisan dibalik gubuk reok akan mengutuk kemunafikanmu...
Sebab kami tahu...
Kalianlah membuat pertiwi kami menjadi bumi hantu...


Wahai Tuan dan Puan...
Dari ujung utara barat daya...
Kami memanggil nama tak bernyawa..
kami berseru dalam ketakukan..
kami diam dalam tangisan...

Sebab tuan dan puan selalu dilindungi..
Maka kami tak kuasa dalam menghancurkan dinding gedung mewah itu.

Kabali Dana,19-12-2020
Anak Desa dalam Tangisan

Rian Marviriks

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun