Oleh: Riami
Aku melihat puisi sedang bersukaria di altar-altar dunia, memeriahkan hari jadi, hari kemenangan diksi-diksi atas ketidakadilan
Di langit aku melihat puisi menemani mendung menjadi doa-doa menyerupai mantra turun hujan karena begitu terik jiwa raga
Aku membuka catatan usang benarkah puisi pernah menjadi buku harian masa lalu yang bahagia, menyedihkan, mengecewakan bahkan menjadi buku harian politik yang belum pernah usai
Puisi mengelilingi dunia, dengan segala baju yang beraneka rupa, kadang serupa pangeran yang sedang jatuh cinta pada tuan putri, bahkan menyerupai tuan putri  yang sedang tertawan jiwanya pada sebuah takdir
Aku masih melihat puisi terpenjara, kata-kata terajam menjadi serpihan yang diabaikan
Tiba-tiba aku melihat puisi menjadi orang sakti yang menerobos gedung-gedung bertingkat, menyebarkan pamflet-pamflet kesetiaan pada negeri
Aku lihat puisi menjadi kuburan dari segala duka di balik huruf-huruf, dipenuhi bunga kenanga, kamboja, juga mawar
Aku melihat puisi bisa jadi apa saja sesuai kehendak zaman
Bukit Nuris, 2021
Selamat hari puisi sedunia