Sebagai pohon pelindung, pertumbuhan trembesi dari waktu ke waktu terbilang signifikan. Dalam satu tahun dapat tumbuh sekitar 0,75 hingga 1,5 meter. Dengan pertumbuhan yang sedemikian cepat, tak heran jika trembesi dewasa yang berumur 10 tahun bisa mencapai ketinggian 15 meter atau mungkin lebih.
Berada di bawah naungan trembesi ini rasanya sejuk. Langsung mak nyess bagai pagi yang damai dengan semburat mentari menyapa dari kejauhan.
Informasi dari beberapa sumber menyebutkan bahwa pohon trembesi bisa menurunkan suhu area yang ternaungi hingga 4 derajat dibanding sekitarnya. Ditambah lagi, pohon trembesi mampu menyerap air tanah dengan kuat dan membawanya melewati dahan hingga ke daun. Kemudian dari daun tersebut, meneteslah air, sedikit menghujani area di bawahnya.
Setelah mengetahui hal ini, terjawab sudah pertanyaan saya tempo hari. Kala itu saya berada di bawah naungan trembesi. Dalam suasana siang dan sedang terik-teriknya, saya dapat tetes air hujan. Dari mana? Bisa jadi berasal dari daun-daun trembesi.
Daun dan buah trembesi memiliki kandungan senyawa yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, dan antioksidan. Senyawa-senyawa ini dapat melawan efek radikal bebas pada tubuh manusia.
Buah trembesi memiliki aroma segar sedikit asam. Seperti ada aroma asam jawa namun jauh lebih ringan.
Menurut seorang ibu-perawat tanaman area jalur hijau- yang saya temui dan saya lupa menanyakan nama beliau, ada masyarakat yang mengonsumsi buah trembesi sebagai camilan. Ada pula yang menggunakan air rebusan buah dan biji trembesi sebagai obat untuk meredakan kembung.
Beringin
Bagi sebagian masyarakat, pohon memiliki makna filosofis yang dalam. Bukan sekadar tanaman yang tumbuh, ia bisa menjadi cermin dari sifat dasar kehidupan.
Ada yang berpendapat bahwa pohon besar biasanya menjadi hunian atau rumah, dalam tanda kutip, bagi entitas tak kasat mata. Dengan pesan nenek moyang yang menyertai, kira-kira seperti ini:
“Jangan tebang pohon beringin, nanti penunggunya marah”.