Secuplik percakapan pada cerpen berjudul Tanah Abang-Pasar Ikan:
“Neng! Neng-neng..!” Trem membelah Jalan Majapahit. Tiba-tiba kondektur berseru:
“Sudare-sudare, jangan pada berdiri di tangge. Ayo masuk terus!” Orang-orang bergerak sedikit, “Coba kalo jato siape nyang rasain?”
“Karcis, ayo, karcis siape nyang belon?” beberapa penumpang menyodorkan uang,
“Pak!” kata seorang Babah, “Uang sudah, karcis belom dapet!” – “Kemane?” – “Mangga Besar!” – Karcis dirobek dan diberikan padanya: “Nih!”
Bukan hanya trem (kereta), kendaraan angkutan berupa mobil “oplet” juga hits pada masa itu. Oplet --seperti yang ditampilkan pada sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”-- merupakan moda transportasi yang juga menjadi andalan masyarakat.
Pada judul lain, saya seolah larut dalam semangat dan gempita warga di rumah-rumah jelang perayaan. Perayaan Imlek, Cap Go Meh, Ramadan, dan Lebaran. Pun dalam format humor, momen syahdu bisa terasa.
Rasanya saya turut berdandan necis untuk bersiap. Menyetrika baju sampai licin menggunakan botol berisi air panas. Saat lonceng waktu berbunyi lima kali, sudah rapi dan keren seperti orang mau pergi dipotret.
Sebagai penyuka jalan-jalan pasar, saya turut merasakan riuhnya suasana pasar malam. Melangkahkan kaki melalui deretan panjang pedagang kaki lima yang membaurkan Soir de Paris, 4711, Evening in Hongkong, dan Cap Duyung. Bercampur keringat, serta merta menciptakan udara yang tak jelas “juntrungan” aromanya.
Ada pemuda bercelana jengki, menemani sang kekasih dan calon mertua ke pasar Jembatan Jalan Gajah Mada. Pan ceritanye nih, sang calon mantu ini pengen nunjukkin jase baeknye. Jadilah mereka pilah-pilih kerudung, sepatu, kacamate, dan rok yang ada rumbe-rumbenye dan ade pite-pitenye untuk sang kekasih.
Bagaimana dengan kuliner? Wah, dari sayur asem, sambel ulek, semur, pindang, bandeng dan kue keranjang, pangsit, capcay, sop buntut, es krim, buah lakci, beras kencur, sampai-sampai.. siri ame bakonye* juga ade!
(*daun sirih, tembakau, pinang, dan gambir, merupakan bahan yang biasa dipakai untuk menginang. Caranya, semua bahan diletakkan di atas lembar daun sirih yang kemudian dilipat-lipat. Biasanya, penginang akan menumbuknya terlebih dahulu dalam wadah khusus. Namun bisa juga langsung dikunyah begitu saja. Mau coba??? ... Gigi dan mulut akan diliputi warna merah tua loh, efek pencampuran kimiawi antara bahan-bahan dengan saliva)
Cerpen-cerpen pada buku ini, membawa saya seolah masuk dan berada di antara keluarga dan masyarakat Betawi. Turut menyimak percakapan demi percakapan. Dari sapaan ringan saat berpapasan di gang, sampai obrolan serius di bilik sederhana atau serambi rumah.
Misalnya, ketika mereka menyiapkan pelangke bagi sang kakak pada hari jelang akad nikah sang adik. Saat merencanakan acara nujubulanan kandungan, uang penegor, dan bawaan bandeng sepasang untuk calon mertua.