Hi, aku Ria, penggiat sosial media, karyawan swasta, anak kos yang juga pecinta gorengan mulai dari sukun goreng, risol dan kawan-kawannya. Baru-baru ini harga minyak goreng di pasaran naik, banyak keluhan dari penjual gorengan, pengusaha F&B dan ibu rumah tangga.Â
Di sisi lain, kita ketahui bahwa bangsa ini adalah penghasil dan pengekspor sawit, lahannya luas di pulau sebrang bahkan kalau kemarau perusahaan sawit selalu disalahkan karena membuka lahan baru untuk tanam sawit dengan "membakar" serta menyebabkan polusi udara.
Papua: Investigasi ungkap perusahaan Korsel 'sengaja' membakar lahan untuk perluasan lahan sawit
Taman nasional tanjung puting, teluk pulai, west kotawaringin regency, central kalimantan, indonesia
by Dimitry BÂ
Belum lagi masalah pembunuhan satwa yang dilindungi diarea lahan sawit oleh para pekerja. Mereka membunuh orang hutan misalnya, yang dianggap sebagai hama.Â
Karyawan membunuh dan memakan orangutan di kamp sawit, polisi akan panggil perusahaan
Sementara itu, berdasarkan data yang dilansir dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Provinsi Riau merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 2.430,51 ha dan produksi mencapai rata-rata 8.605,65 ribu ton. Â
Disusul masing-masing Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan dengan rata-rata luas lahan hingga 1,400 ha per provinsi. Saat ini komoditas Kelapa Sawit juga menjadi salah satu andalan pemerintah dalam meraup devisa.Â
Pada data pelepasan ekspor komoditas turunan kelapa sawit yaitu cangkang sawit (Palm Kernel Shell) milik PT. JPJ berjumlah 31.200 ton dengan nilai Rp 29 milyar, bungkil sawit (Palm Kernel Expeller) milik PT. IMT berjumlah 14.000 ton dengan nilai Rp 20 milyar dan RBD (Refined, Bleached and Deodorized) Palm Kernel Oil milik PT.WNI berjumlah 11.500 ton dengan nilai setara Rp 205 milyar dengan negara tujuan Jepang, China, Thailand, Korea Selatan, Brazil dan Ukraina.Â
Produk Kelapa Sawit Asal Riau Diminati Dunia
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com pada 20 Desember 2021, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menguapkan, harga minyak goreng akan turun diperlkirakan di awal tahun depan, mengikuti turunnya harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO).
Makin Mahal, Harga Minyak Goreng Naik Seminggu Sekali
Adapun dalam Trading Economic komoditas minyak sawit Malaysia jatuh menuju MYR 4.300 per ton, menyentuh level terendah sejak 22 September di tengah kekhawatiran atas permintaan minyak nabati global karena kasus Omicron melonjak secara global dan beberapa negara mengumumkan pembatasan COVID baru.Â
Pada saat yang sama, ekspor Malaysia diperkirakan akan tetap tertahan di bulan Desember. Data surveyor kargo menunjukkan ekspor Malaysia selama 1-15 Desember turun antara 9% dan 12,5% dari periode yang sama di bulan November, lebih dari yang diantisipasi pasar.
Miris bukan? Bangsa ini punya lahan luas tapi masih tidak menikmati harga minyak goreng yang rasional, seperti diluar nalar masih mengacu pada kiblat harga minyak sawit negara jiran. Mengapa demikian?Â
Karena memang Malaysia everyday mereka punya data yang update dan akurat perkembangan produksinya, perkembangan stoknya dan lainnya.Â
Lalu kapan kita bisa menikmati apa yang kita miliki?
Dengan adanya tulisan saya ini semoga pemerintah tidak mengeluarkan alibi seperti ini saat ada protes dari warganya ya pak;
1. Kurangi makan gorengan, pemicu lemak jenuh, kolestrol, jantung, dan tidak sehat.Â
Kalau begitu pemerintah tidak usah buka lahan untuk sawit.
2. Bisa ga sih Pak buka lahan minyak zaitun? Kalau warganya ga boleh konsumsi minyak goreng, seperti warga spayol itu yang sehat dan satu liternya Rp 150.00.00.
3. Apakah ada "Mafia" minyak goreng?Â
Produsen Minyak Sawit Terbesar, Minyak Goreng Tidak Langka tapi Harga Melambung Tinggi Tak Terjangkau Warga+62