Mohon tunggu...
rhienaltaya
rhienaltaya Mohon Tunggu... Penulis

Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis. Beberapa karyanya diunggah di platform Wattpad dengan nama pena RhienAltaya. Memiliki akun IG rhien_istia. Baginya Me Time adalah Menulis. Hanya saja ditengah kesibukannya mengurus 3 orang anak dan bersosialisasi dengan kegiatan di masyarakat, dia tidak memiliki banyak waktu untuk menulis. Itu kendala terbesarnya. Musik selalu menginspirasi dalam setiap karyanya. Cita-citanya yang ingin menjadi seorang Guru dan mengabdi ke seluruh pelosok Indonesia hanyalah mimpi yang tak pernah terwujud. Keinginan terakhirnya hanya ingin menjadi penulis yang karyanya masih bisa dikenang walaupun dirinya sudah berpulang ke rahmatullah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cincin Perunggu

24 Maret 2025   13:00 Diperbarui: 24 Maret 2025   12:55 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Ratna melangkah pelan menuju sudut ruangan, kedua matanya memindai satu persatu wajah orang dengan pose rapi di dalam bingkai foto yang menempel pada dinding. Tiba-tiba wangi melati menguar kuat diikuti suara sapaan.

     "Temannya Yuli, ya?"

     Dengan cepat Ratna membalikkan badan, tapi justru harumnya Melati semakin menusuk ke penciuman. Tanpa menghiraukan napasnya yang semakin sesak, Ratna memberikan senyum ramah dan menjabat tangan seorang nenek renta yang duduk di kursi roda.

     "Nenek !" seru Yuli yang muncul dari dapur membawa baki dengan dua gelas es sirup di atasnya. "Nenek kan sedang sakit, seharusnya istirahat di kamar."

     Setelah meletakkan baki di atas meja, Yuli segera mendorong kursi roda membawa sang nenek kembali menuju kamarnya. Ratna mulai sedikit lega karena bisa bernapas dengan lapang. Wangi Melati perlahan memudar. Dia kembali duduk di kursi menatap cincin perunggu yang melingkar di jari manisnya.
   
    "Maaf ya, kamu menunggu lama," ucap Yuli, berjalan mendekat duduk di samping Ratna setelah lima menit yang lalu mengantarkan neneknya ke kamar.

     "Ah, tidak apa-apa," sahut Ratna dengan seulas senyum. "O iya, sampai lupa. Ini kartu undangan acara reuninya. Jangan lupa harus datang dengan dress code hitam putih," sambung Ratna berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

     Yuli menerima undangan berwarna cokelat yang disodorkan Ratna. Dibacanya sekilas tulisan di dalamnya dan bertanya, "Ini acaranya tiga hari lagi?"

     "Iya, harus datang loh!"

     "Siap !" sahut Yuli disertai tertawa renyah. "Ayo, silakan diminum, Na."

     Ratna mengangguk, mengambil gelas di atas meja dan menyesapnya perlahan. Mereka pun kembali berbincang tentang banyak hal, mengenai masa SMA yang indah dan cita-cita yang masih ingin dikejar.

***

     Malam harinya Ratna tampak gelisah, matanya tak mampu terpejam. Masih jelas terlintas dalam ingatan. Semenjak dua bulan yang lalu, tepatnya saat dia mengikuti kegiatan camping bersama teman satu kampusnya di hutan Wanaceruk, tanpa sengaja dia menemukan sebuah cincin perunggu dengan ukiran huruf aksara Jawa. Karena bentuknya yang unik, Ratna tanpa pikir panjang langsung mencoba mengenakannya di jemari tangannya. Anehnya cincin itu tidak bisa dilepas lagi. Berbagai cara sudah Ratna lakukan mulai dari menariknya paksa, menggunakan sabun dan lotion, tetap saja cincin itu menempel erat hingga dua bulan ini dia terpaksa masih mengenakannya.

     Anehnya lagi, sebulan yang lalu saat dia pergi ke Rumah Sakit karena asam lambungnya kambuh, Ratna mengalami hal aneh untuk pertama kalinya. Ketika dirinya duduk di kursi antrean pasien, tiba-tiba ada brankar didorong dengan tergesa menuju IGD, tampak berbaring di atasnya pasien korban kecelakaan dengan luka parah. Sekelebat brankar itu melintas di sampingnya dan wangi melati menguar begitu hebat membuat Ratna sesak bernapas. Satu jam kemudian, saat Ratna mengantre menunggu obat, brankar itu melintas lagi dengan seorang perempuan yg sama saat pasien itu datang. Dia menangis sesenggukan karena pasien di atas brankar sudah tak bernyawa. Wangi melati kembali menguar jauh lebih kuat dari sebelumnya memaksa Ratna menutup hidungnya dengan tangan.

     Kejadian aneh kedua, Ratna alami dua minggu yang lalu saat menemani Ibu Kost membesuk orang sakit. Ratna mengalami hal itu lagi, begitu memasuki pintu rumah wangi melati langsung tercium samar. Begitu Ratna diajak masuk menemui orang yang ingin dijenguk oleh  Ibu Kostnya, wangi melati tercium lebih kuat dan bertambah kuat lagi ketika Ratna berjabat tangan dengan seorang ibu paruh baya berwajah pucat yang berbaring lemas di atas tempat tidur. Karena tidak kuat menahan napas, Ratna sampai berbohong ijin keluar kamar untuk menerima panggilan telepon. Dua hari kemudian, Ibu kost mengajak Ratna kembali untuk menemani takziah dan itu di rumah yang sama.

      "Kemarin lusa saat kamu saya ajak kemari, dia sudah kritis dan Dokter angkat tangan dengan penyakit kankernya," bisik ibu Kost di tengah para tamu takziah.

     Ratna hanya mengangguk sambil berusaha menahan napas, walaupun dia sudah mengenakan masker, wangi melati itu masih tercium dengan kuat.

     Dari kedua kejadian janggal itu Ratna semakin yakin itu karena kekuatan mistis dari cincin perunggu yang melekat di jari manisnya. Dan kejadian tadi siang di rumah Yuli membuatnya kembali cemas. Ratna tahu persis wangi melati yang dia cium adalah penanda bahwa ajal sudah dekat. Wangi itu muncul saat nenek Yuli berada di dekatnya dan menghilang saat nenek itu kembali di kamarnya.

     Ratna semakin gelisah, mungkinkah dia akan memberitahu Yuli bahwa neneknya sudah tinggal menunggu waktu? Itu tidak mungkin. Selain resiko temannya akan tersinggung, dia juga akan kehilangan seorang sahabat sebaik Yuli. Ratna hanya bisa diam, menyebabkan semua hal itu hanya berputar-putar saja di otaknya membuat dirinya susah tidur dan mengalami kegelisahan yang luar biasa.

***

     Tiga hari kemudian, acara reuni dilangsungkan di sebuah gedung pusat kota. Ratna tengah bersiap-siap mempercantik diri duduk di depan meja rias kamar kostnya yang eksklusif. Konsentrasinya terhenti saat dering telepon berbunyi. Segera diangkatnya handphone android dengan nama pemanggil Yuli tertera di layar.

      "Hallo, assalamu'alaikum," sapa Ratna. Dahinya langsung berkerut heran mendengar suara isak tangis dari seberang telepon.

     "Wa'alaikumsalam hiks ... Maaf aku ga bisa datang, Na, hiks .... Nenekku baru saja meninggal hiks ... hiks ..." Terdengar suara Yuli dengan tangisan yang memilukan.

     "Innalillahi wa innailaihi raji'un," gumam Ratna lirih. Matanya berkaca-kaca dengan raut wajah sedih bercampur ketakutan. Dia tidak menyangka kegelisahannya akan menjadi kenyataan. Pikiran Ratna menjadi kacau semua perasaan campur aduk menjadi satu.

     Di tengah kekacauan yang melanda hati dan pikirannya, tiba-tiba wangi melati menguar begitu hebatnya membuat Ratna tersedak dan sempat batuk selama beberapa menit. Walaupun sudah mengenakan masker, wangi itu masih saja tercium. Berita kematian nenek Yuli yang masih terngiang di kepalanya ditambah lagi wangi melati yang mengikuti di sekitarnya membuat dirinya resah. Ini pertanda buruk, siapakah yang akan meninggal?

      Di rumah kontrakan ini Ratna tinggal dengan lima orang anak kost lainnya. Sementara di rumah induk hanya ditempati ibu Kost seorang diri.
Siapakah yang akan menemui ajal secepat ini di rumah kontrakannya? Ratna ragu untuk mengatakan semua hal ini kepada penghuni lainnya, dia bisa diusir dan dianggap orang gila.

     Di tengah kegelisahannya, Ratna berusaha tetap tenang. Setelah beberapa kali dia berusaha melepas kembali cincin di jari manisnya dan tetap gagal, akhirnya Ratna berangkat untuk menghadiri acara reuni. Wangi melati masih terus tercium membuat konsentrasinya mengendarai motor matic sedikit  terganggu. Berkali-kali sekelebat ingatan melintas di kepalanya. Tentang semua kejanggalan yang terjadi akibat cincin perunggu yang mengandung mistis. Dia yang kini mampu mendeteksi kematian membuat dirinya tersiksa.

     Dan siksaan itu mengikutinya hingga setengah perjalanan melintasi pusat kota yang tampak ramai. Terus berkonsentrasi dengan arus lalu lintas, sementara Ratna masih tetap mengatur napas yang semakin sesak. Wangi melati itu seakan tak ingin pergi, membuat dia berpikir keras siapa yang akan meninggal?
Apakah ada salah seorang temannya yang datang ke reuni segera menemui ajalnya?
Semuanya masih berumur dua puluh tahunan, apakah salah seorang temannya akan meninggal di usia muda?

     Satu persatu pertanyaan itu melintas di kepalanya, membuat nyeri dan pusing tiba-tiba menyerang ditambah lagi asam lambung yang ikut kambuh tanpa aba. Ratna menahan sakit, kepalanya pening, napasnya sesak dan perutnya melilit hingga pandangannya perlahan kabur menghitam.

     BRAKK !!

     Sebuah kecelakaan tak terelakkan lagi. Ratna menabrak pagar pembatas jalan raya begitu kerasnya hinga sepeda motornya ringsek. Tubuh Ratna terpental beberapa meter, kepalanya membentur tepian trotoar dan mengalir lah darah segar dari belakang tempurung kepala. Beberapa orang berduyun-duyun datang hendak memberi pertolongan. Melihat kondisi Ratna yang sepertinya sudah tidak bernapas, membuat warga mengurungkan niatnya, memilih menunggu patroli polisi datang untuk mengamankan lokasi.

     "Apa ini?" gumam seorang pemuda yang ikut berkerumun. Dia berjongkok mengambil benda bulat berkilau yang menggelinding di dekat kakinya. Diambilnya benda tersebut sambil berjalan menjauh ke tempat yang lebih sepi. Sesaat diperhatikannya lingkaran perunggu di telapak tangannya.

     "Cincin yang unik, pas apa tidak ya?" gumamnya lirih sambil memasukkan perhiasan perunggu itu ke salah satu jemarinya. Senyumnya merekah saat cincin itu melekat dengan sangat elegan di jarinya.

     "Besok akan kuberikan pada pacarku saja," ucapnya dalam hati. Pemuda itu pun melangkah pergi menaiki sepeda motornya untuk melanjutkan perjalanan. Dia tidak akan pernah tahu hal mistis apa yang akan dialaminya. Hingga pada waktunya nanti cincin itu akan meminta tumbal nyawanya untuk diambil.

     Cincin perunggu sudah menemukan pewarisnya dan bersiaplah untuk mencium wangi melati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun