Malam harinya Ratna tampak gelisah, matanya tak mampu terpejam. Masih jelas terlintas dalam ingatan. Semenjak dua bulan yang lalu, tepatnya saat dia mengikuti kegiatan camping bersama teman satu kampusnya di hutan Wanaceruk, tanpa sengaja dia menemukan sebuah cincin perunggu dengan ukiran huruf aksara Jawa. Karena bentuknya yang unik, Ratna tanpa pikir panjang langsung mencoba mengenakannya di jemari tangannya. Anehnya cincin itu tidak bisa dilepas lagi. Berbagai cara sudah Ratna lakukan mulai dari menariknya paksa, menggunakan sabun dan lotion, tetap saja cincin itu menempel erat hingga dua bulan ini dia terpaksa masih mengenakannya.
   Anehnya lagi, sebulan yang lalu saat dia pergi ke Rumah Sakit karena asam lambungnya kambuh, Ratna mengalami hal aneh untuk pertama kalinya. Ketika dirinya duduk di kursi antrean pasien, tiba-tiba ada brankar didorong dengan tergesa menuju IGD, tampak berbaring di atasnya pasien korban kecelakaan dengan luka parah. Sekelebat brankar itu melintas di sampingnya dan wangi melati menguar begitu hebat membuat Ratna sesak bernapas. Satu jam kemudian, saat Ratna mengantre menunggu obat, brankar itu melintas lagi dengan seorang perempuan yg sama saat pasien itu datang. Dia menangis sesenggukan karena pasien di atas brankar sudah tak bernyawa. Wangi melati kembali menguar jauh lebih kuat dari sebelumnya memaksa Ratna menutup hidungnya dengan tangan.
   Kejadian aneh kedua, Ratna alami dua minggu yang lalu saat menemani Ibu Kost membesuk orang sakit. Ratna mengalami hal itu lagi, begitu memasuki pintu rumah wangi melati langsung tercium samar. Begitu Ratna diajak masuk menemui orang yang ingin dijenguk oleh  Ibu Kostnya, wangi melati tercium lebih kuat dan bertambah kuat lagi ketika Ratna berjabat tangan dengan seorang ibu paruh baya berwajah pucat yang berbaring lemas di atas tempat tidur. Karena tidak kuat menahan napas, Ratna sampai berbohong ijin keluar kamar untuk menerima panggilan telepon. Dua hari kemudian, Ibu kost mengajak Ratna kembali untuk menemani takziah dan itu di rumah yang sama.
   "Kemarin lusa saat kamu saya ajak kemari, dia sudah kritis dan Dokter angkat tangan dengan penyakit kankernya," bisik ibu Kost di tengah para tamu takziah.
   Ratna hanya mengangguk sambil berusaha menahan napas, walaupun dia sudah mengenakan masker, wangi melati itu masih tercium dengan kuat.
   Dari kedua kejadian janggal itu Ratna semakin yakin itu karena kekuatan mistis dari cincin perunggu yang melekat di jari manisnya. Dan kejadian tadi siang di rumah Yuli membuatnya kembali cemas. Ratna tahu persis wangi melati yang dia cium adalah penanda bahwa ajal sudah dekat. Wangi itu muncul saat nenek Yuli berada di dekatnya dan menghilang saat nenek itu kembali di kamarnya.
   Ratna semakin gelisah, mungkinkah dia akan memberitahu Yuli bahwa neneknya sudah tinggal menunggu waktu? Itu tidak mungkin. Selain resiko temannya akan tersinggung, dia juga akan kehilangan seorang sahabat sebaik Yuli. Ratna hanya bisa diam, menyebabkan semua hal itu hanya berputar-putar saja di otaknya membuat dirinya susah tidur dan mengalami kegelisahan yang luar biasa.
***
   Tiga hari kemudian, acara reuni dilangsungkan di sebuah gedung pusat kota. Ratna tengah bersiap-siap mempercantik diri duduk di depan meja rias kamar kostnya yang eksklusif. Konsentrasinya terhenti saat dering telepon berbunyi. Segera diangkatnya handphone android dengan nama pemanggil Yuli tertera di layar.
   "Hallo, assalamu'alaikum," sapa Ratna. Dahinya langsung berkerut heran mendengar suara isak tangis dari seberang telepon.
   "Wa'alaikumsalam hiks ... Maaf aku ga bisa datang, Na, hiks .... Nenekku baru saja meninggal hiks ... hiks ..." Terdengar suara Yuli dengan tangisan yang memilukan.