Mohon tunggu...
Reza Setiawan
Reza Setiawan Mohon Tunggu... Pengarang

Manusia biasa yang fomo di pendidikan dan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luka Lama

7 Mei 2025   01:22 Diperbarui: 7 Mei 2025   01:22 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari setelahnya terasa lain. Bu Ratmi tak lagi banyak bicara, tapi langkahnya lebih pelan, seperti seseorang yang sedang memunguti sisa-sisa dirinya sendiri.

Sampai suatu hari, ia masuk kelas dengan buku tipis di tangan. Bukan diktat. Tapi kumpulan puisi.

"Hari ini," katanya pelan, "kita tidak akan belajar tentang struktur narasi. Kita akan belajar mendengar."

Ia menyodorkan buku itu pada Rani dan Nino.

"Dulu aku kalah dalam lomba puisi. Aku marah. Bukan pada mereka yang menang, tapi pada diriku sendiri yang tidak siap kalah. Lalu aku membenci segala yang menyerupai mereka."

Lalu ia diam, lalu berkata:

"Maaf."

Dan hari itu, papan tulis tak lagi kelabu. Ia dipenuhi coretan mimpi. Dan Rani, untuk pertama kalinya, melihat seorang guru tidak hanya mengajar, tapi belajar menjadi manusia lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun