Pagi itu seperti biasa, langit tak pernah benar-benar biru di kota ini. Warnanya selalu kelabu, seakan mendendam pada mentari yang malas mengintip. Dan di antara hiruk rintih para pelajar yang berbaris rapi menuju ruang kelas, berdiri seseorang yang tak pernah kehilangan kekuasaan dari tatap matanya, ia adalah Bu Ratmi. Seragamnya selalu rapi, rambutnya selalu dicekal ketat seperti pikirannya yang tak memberi ruang untuk lunak. Konon, ia tak pernah tersenyum kecuali saat memarahi satu golongan anak didik yang aktif, cerewet, dan berani berbeda.
KEMBALI KE ARTIKEL