Diam-diam hati saya pun berbunga-bunga, rencananya setelah tiba di apartemenya saya mau mengajaknya kembali melanjutkan cerita kita bedua yang sempat terputus dulu.
Dari kaca spion saya lihat dia duduk tenang karena ia tampak begitu yakin saya tahu di mana lokasi tempat tinggal itu.
Setelah berjalan sekitar lima belas menit berbekal layar GPS di atas setir mobil, ekspresi dia pun berubah cemberut lalu saya merasa bersalah telah mengarahkan mobilnya ke arah yang keliru.
Dan dia langsung mengingatkan saya, kalau apartemen dia itu harus melalui jalan di depan Gedung parlemen.
Saya menjawab. ”Ohh…saya pikir yang di belakang Plasa Bunga.”
Dia pun menjawabdengan setengah menggoda. "Huuuu dasar wong deso, mesti Mas salah kan waktu ngetik tulisan Bunga di hape. GPSnya gak salah tapi Masnya yang kudet. makanya hape tiap tahun ganti dong kayak akyuu"
Saya pun hanya bisa tertawa kecil sambil haha hihi
Maka dengan penjelasannya itu, saya tak pernah naik pitam. Saya tahu kalau membuat perjanjian dengannya, saya tak perlu harus disiplin, tak perlu harus kaku. Dan dengannya, saya menikmati untuk pertama kalinya menjadi tidak kaku dan tidak disiplin.
Karena saya mengetahui kebiasaan teman karib itu, saya bisa memilih strategi yang tepat.
Adinda, teman saya meyakini bahwa saya menghindar untuk diajak bertemu, teman saya yang mesra itu meyakini bahwa saya tahu arti kata di sini tanpa harus memberi penjelasan, terlebih dia itu meyakini bahwa saya bisa mengantar dia tepat ke alamat yang diinginkan.
Akhirnya sampai juga kami berdua di apartemen bunga tempat tinggal Adinda.