Belakangan ini kita pasti sering mendengar kata-kata dalam bahasa inggris seperti "literally, eve, which is" disisipkan dalam percakapan bahasa indonesia.Â
Fenomena ini disebut alih kode dan campur kode, atau lebih sering disebut sebagai "Bahasa Jaksel", karena awal kemunculan nya yang ramai digunakan oleh kalangan remaja daerah Jakarta Selatan.Â
Meskipun pada awalnya fenomena pencampuran bahasa ini identik dengan kalangan remaja Jakarta Selatan, penggunaan gawai dan linimasa yang masif di kalangan remaja membuat fenomena ini menyebar ke seluruh Indonesia dengan cepat dan menjadikannya bahasa gaul yang sedang tren.
Fenomena pencampuran bahasa ini biasa terjadi dalam masyarakat yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih. Seperti contohnya pada wilayah Jakarta Selatan yang menjadi tempat bermukim banyak pekerja asing dan masyarakat dari kalangan menengah atas. Alih kode menurut Myres & Scotton (1993) dalam Harya (2018) adalah penggunaan dua variasi (kode) bahasa dalam satu percakapan yang sama.Â
Singkatnya alih kode adalah penggunaan dua bahasa dalam dua kalimat yang berbeda. Masih menurut Myres & Scotton, konteks bukanlah satu-satunya faktor seseorang melakukan alih kode, tetapi faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, status sosial, bahkan intensi tertentu ikut mendorong seseorang melakukan pengalihan kode, maka bisa jadi seseorang melakukan alih kode karena dirasa penyampaian dalam bahasa tertentu lebih mudah disampaikan.
Sedangkan campur kode adalah penggunaan dua variasi (kode) bahasa dalam satu ujaran. Singkatnya campur kode adalah penggunaan potongan dari bahasa 1 dalam pengujaran menggunakan bahasa B.Â
Berbeda dengan alih kode, campur kode tidak dilakukan dengan intensi tertentu. Contoh dari campur kode adalah penggunaan kata which is, even, literally, by the way dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Pada dasarnya, fenomena alih dan campur kode seperti ini terjadi karena adanya interaksi antara bahasa dengan budaya yang tidak dapat dihindari.Â
Bertentangan dengan pandangan sebagian masyarakat yang menganggap pencampuran bahasa indonesia dengan bahasa asing adalah sesuatu yang mengada-ada dan hanya mengikuti tren, ternyata fenomena seperti ini adalah hal yang umum terjadi di dunia linguistik.Â
Para ahli berpendapat bahwa alih dan campur kode adalah fase normal dalam pembelajaran dan pengembangan pemahaman bahasa asing dan dapat membantu memperkaya pembendaharaan kata bahasa asing.
Meski begitu, tidak sepenuhnya dampak yang ditimbulkan dari penggunaan alih dan campur kode bersifat positif. Penggunaan alih dan campur kode tanpa arahan dan pemahaman tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat menggerus kemampuan dan semangat berbahasa Indonesia yang baik dan benar.Â