Mohon tunggu...
Rez
Rez Mohon Tunggu... Konsultan - Your Mediocre Consultant

Mediocre Consultant

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Candu Media Sosial, Detox adalah Obatnya

1 Februari 2021   16:52 Diperbarui: 1 Februari 2021   17:13 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sosial media | traveldailymedia.com

Cara berkomunikasi manusia telah mengalami perubahan semenjak sosial media hadir dalam kehidupan. Telfon, surat, dan telegram menjadi sarana komunikasi jaman dahulu kala jika kita ingin mengobrol dan bertegur sapa sanak saudara jauh di sana. 

Saat jaman berubah, sosial media mengubah cara komunikasi kita juga yang tadinya terasa jauh dan hanya bisa lewat telefon atau surat, sekarang  bisa terasa lebih dekat walau hanya dalam sebatas layar.  

Di antara kita siapa yang tidak memiliki sosial media?, tidak mungkin kita tidak memiliki yang namanya sosial media walau hanya satu ataupun dua, atau lebih dari itu. Ada yang punya Facebook, lalu Instagram, lalu Snapchat, lalu Twitter dan lainnya hanya untuk mengejar eksistensi dan pengakuan dari lingkungan kita agar mempunyai banyak sosial media bisa dianggap up to date. 

Dalam artikel ini saya rasanya ingin sekali bercerita membagikan pengalaman saya yang akhirnya bisa terlepas dari sosial media yang lama kelamaan membuat saya bosan dan jijik, karena sakig banyaknya sosial media yang saya punya.

Saya memutuskan untuk menghapus seluruh profile sosial media saya karena merasa bosan saja dengan aktivitas share yang dibagikan oleh orang yang berada di dalam sosial media tersebut apalagi semenjak seringnya muncul media hoax, semakin jadilah saya berniat menghapus akun sosial media saya. Namun tidak terkecuali Instagram, karena saya sangat hobi foto-foto dan bisa mendapatkan uang dari sana walau sudah lama juga tidak aktif. 

Saya dulu memiliki banyak sekali sosial media sampai saya lupa untuk me-mantain dan mengetahui apa saja isi dari sosial media tersebut sekarang setelah saya tinggalkan. 

Dulu saya ingin sekali merasa up to date dengan segala sosial media di luar sana agar saya tidak tertinggal oleh teman-teman saya. Mulai dari Friendster, Facebook, Twitter Instagram, Snapchat, Holonis, Steller dan lainnya. Setiap ada sosial media baru, saya segera mencari tahu dan saya buat segera akunnya walau saya tidak mengerti cara memakainya. 

Bagaimana dengan sosial media yang lama? masih saya gunakan dan saya maintain walaupun saya lebih fokus dengan sosial media saya yang baru dan begitu seterusnya jika ada sosial media baru. Hingga suatu hari saya meliha tayangan tentang minimalisme dan detox sosial media. 

Beberapa tahun kemudian Saya mulai mengenal dan mengikuti tayangan tentang hal yang berbau minimalisme dan detox sosial media yang ternyata membawa segudang manfaat bagi saya. 

Saya sadar, selama ini saya sering sekali menghabiskan waktu di sosial media tanpa alasan yang jelas dan penuh dengan ketidak jelasan di dalam sosial media yang saya miliki baik itu Facebook, Twitter, Snapchat ataupun Instagram. kecanduan terhadap apapun, termasuk media sosial dan teknologi bisa membawa dampak buruk bagi kehidupan saya. Mulai dari kesehatan, hubungan pertemanan atau keluarga, hingga kepribadian saya bisa terpengaruh akibat ketergantungan media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun