Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Telat Injak Rem Darurat dan Banyak Pembangkangan oleh Para Pejabat

13 September 2020   13:13 Diperbarui: 13 September 2020   13:19 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama wakilnya, Achmad Riza Patria, dalam konferensi pers penerapan kembali masa PSBB pada Rabu (9/9/2020). (Sumber: Dokumentasi Pemprov DKI Jakarta via kompas.com)

Ada tiga alasan yang melatarbelakangi keputusan Anies Baswedan untuk kembali memberlakukan PSBB di DKI Jakarta pada hari Senin (14/9), secara ketat.

Tingginya angka kematian, jumlah kasus positif Covid-19 yang semakin meningkat, dan kapasitas tempat isolasi dan ICU khusus Covid-19 yang sudah hampir penuh, membuat Gubernur DKI itu memilih untuk menarik "rem darurat" dikarenakan kekhawatiran kasus Covid-19 di DKI Jakarta semakin tidak terkendali.

Namun upaya Anies itu mendapat kritik dari beberapa pihak yang mengkhawatirkan keadaan ekonomi Indonesia semakin terpuruk jika PSBB kembali di berlakukan.

Adalah tiga menteri Jokowi, yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang tidak setuju apabila Anies tetap memberlakukan PSBB di DKI Jakarta.

Keputusan Anies secara mendadak menarik rem darurat untuk memberlakukan PSBB itu dengan seketika mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun tajam sebesar 5 persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin. 

Tidak hanya itu, kinerja industri manufaktur akan kembali tertekan dan akan semakin parah bila wilayah lain juga menerapkan hal yang serupa.

Perlu diketahui bahwa, Industri manufaktur merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. Tertekannya industri manufaktur akan berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian secara keseluruhan. 

Pemberlakuan PSBB juga dinilai berpotensi mengganggu kelancaran distribusi barang, mengingat peran penting Jakarta dalam aliran distribusi nasional.

Selama ini peran pemerintah dalam menangani Covid-19 di Indonesia memang seringkali tereduksi dan terpolarisasi dalam dua ekstrem. Antara mengorbankan nyawa atau mengorbankan ekonomi. Antara membiarkan dengan harapan terbentuk imunitas kelompok ala Inggris atau kebijakan draconian ala China. 

Disinilah perlunya kebijaksanaan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tepat dengan cara mengambil jalan tengah. Dengan tetap mementingkan aspek ekonomi namun juga tidak mengabaikan soal kesehatan. 

Pemerintah perlu meneliti dan menyelidiki dengan seksama kira-kira strategi seperti apa yang paling pas diterapkan di Indonesia?. Karena selama ini, setiap kebijakan yang dibuat selalu saja memunculkan polemik yang tak berkesudahan, sehingga Kasus Covid-19 di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun