Mohon tunggu...
Revanda Tri
Revanda Tri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Administrasi Publik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sosok A.A. Maramis: Dari Minahasa Untuk Indonesia

20 September 2025   19:30 Diperbarui: 20 September 2025   20:00 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alexander Andries Maramis  (Sumber: Wikipedia)

Jika mendengar mengenai Panitia Sembilan banyak orang akan membayangkan tokoh seperti Soekarno, Moh.Hatta, atau Moh. Yamin. Tapi, apakah kita pernah mendengar sosok A.A Maramis? Tokoh Kristen satu-satunya dalam Panitia Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta. Tidak hanya sebagai tokoh dibalik perumusan Piagam Jakarta, beliau juga berperan sangat penting sebagai Menteri Keuangan Indonesia.

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN

Maramis lahir pada 20 Juni 1897 dengan nama lengkap Alenxander Andries Maramis di Manado, Suwalesi Utara. Ia terlahir dari pasangan Andries Alenxander Maramis dan  Charlotte Ticoalu. Ia bisa dikatakan lahir dari keluarga kristen yang cukup terpandang, keluarganya juga memiliki kebun kelapa yang luas. Pada usianya yang baru mencapai satu tahun, ibu Maramis meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi dengan Adriana Yulia Mogot. A.A Maramis adalah keponakan dari salah satu pahlawan wanita yaitu Maria Walanda Maramis, yang merupakan adik kandung dari ayahnya

PENDIDIKAN DAN ORGANISASI

A.A Maramis memulai pendidikan di sekolah dasar Europeesche Lagere School (ELS) pada tahun 1911. Setelah itu, keluarganya memutuskan untuk mengarahkan ke sekolah yang lebih tinggi yaitu Hogere Burger School (HBS) pada tahun 1918 di Batavia. Ketika ia bersekolah di HBS, ia bertemu dengan teman-teman yang berbeda daerah. Lulus pada tahun 1919, Maramis melanjutkan studinya dengan belajar hukum di Universitas Leiden Belanda. Saat itu, ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Hindia Belanda selama enam tahun. Selama masa kuliah, Maramis termasuk aktif dalam kegiatan organisasi. Hal ini dapat dilihat dari terpilihnya ia pada 1924 sebagai sekretaris organisasi Perhimpunan Indonesia. Pada tahun yang sama pula, ia lulus dengan gelar Meester in de Rechten setelah menempuh enam tahun masa studi di Belanda. Setelah lulus, ia kembali ke Indonesia dan mengembangkan kariernya sebagai pengacara.

PERJALANAN KARIER

Karier sebagai pengacara di Indonesia ia mulai dari Pengadilan Negeri Semarang pada 1925, yang kemudian berpindah setahun berikutnya ke Pengadilan Negeri Palembang. Dari kariernya sebagai pengacara inilah ia bertemu dengan sang istri. Pertemuan mereka terjadi ketika Maramis ditunjuk sebagai pengacara dalam perceraian Elizabeth Marie dengan mantan suaminya. Dari pertemuan itu Maramis dan Elizabeth memutuskan untuk menikah pada tahun 1928.

Ia kemudian tetap melanjutkan kariernya sebagai pengacara dalam rentang waktu yang lama, hingga ia tergabung sebagai anggota Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945. Maramis juga tergabung dalam panitia kecil, yaitu Panitia Sembilan. Panitia yang bertugas untuk merumuskan dasar negara, dengan anggotanya yaitu Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Yamin, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Mudzakkir, Abdul Wahid Hasyim, Achmad Soebardjo, Agus Salim, dan A.A. Maramis. Hasil rumusan dari Panitia Sembilan disebut sebagai Piagam Jakarta.

Berikutnya pembahasan mengenai konstitusi terus berlanjut pada sidang kedua BPUPKI di tanggal 10-17 Juli 1945, dalam sidang itu pula Maramis mengemukakan pemikirannya. Ia berpendapat mengenai wilayah dan batas-batasnya, bahwa batas negara juga harus melihat dari hukum internasional bukan hanya pada sejarah bangsa Indonesia. Selain mengenai batas negara, Maramis juga berpendapat mengenai bagaimana status kewarganegaraan bagi warga keturunan luar Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa warga keturunan asing tetap merupakan warga negara Indonesia. Dari pendapat tersebut, ia menerima respon positif dari peserta sidang.

Perjalanan karier Maramis setelah sidang BPUPKI semakin cemerlang. Ia terpilih menjadi Menteri Keuangan Indonesia kabinet pertama, menggantikan Samsi Sastrawidagda yang belum sempat menjabat karena mengundurkan diri akibat kondisi kesehatan. Peran penting sebagai Menteri Keuangan ia tunjukkan dengan kebijakan mencetak uang kertas Indonesia pertama yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) pada 1946. Dari kebijakan tersebut, Maramis ingin mengendalikan jumlah uang yang beredar sekaligus membuktikan pada dunia internasional bahwa Indonesia memang sudah menjadi negara yang berdaulat. Kiprahnya terus berlanjut hingga ditunjuk menjadi Duta Besar Indonesia untuk 4 negara, yaitu Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan Finlandia. Ia menghabiskan 20 tahun untuk tinggal di luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun