“The relative impact of verbal content is only 7%, while tone of voice accounts for 38%, and facial expression accounts for 55%” (Mehrabian & Wiener, 1971).
Artinya, ekspresi wajah berkontribusi besar dalam menyampaikan makna emosional, melebihi kata-kata itu sendiri.
Ekspresi Wajah dan Empati
Kecerdasan emosional berperan penting dalam memahami ekspresi wajah. Daniel Goleman (1995) menjelaskan bahwa empati adalah komponen utama kecerdasan emosional, yang melibatkan:
“The ability to sense how others are feeling, even if it is not being explicitly stated” (Goleman, 1995).
Kemampuan ini sangat diperlukan dalam profesi seperti konseling, pendidikan, dan pelayanan kesehatan, di mana kesuksesan komunikasi sangat bergantung pada kepekaan terhadap ekspresi emosional orang lain.
Artikel ini membahas hubungan antara ekspresi wajah dan emosi, serta cara menciptakan komunikasi yang efektif dalam lingkungan sosial berdasarkan prinsip-prinsip psikologi komunikasi:
1. Hubungan antara Ekspresi Wajah dan Emosi
Ekspresi wajah sering kali menjadi indikator yang paling langsung dan jujur dari emosi seseorang. Penelitian psikologi oleh Paul Ekman menunjukkan bahwa terdapat ekspresi wajah universal yang dapat dikenali di seluruh budaya, seperti:
- Kebahagiaan: senyum, sudut bibir terangkat
- Kesedihan: alis miring ke atas, sudut mulut ke bawah
- Marah: alis diturunkan, mata tajam, rahang menegang
- Terkejut: mata melebar, mulut terbuka
- Takut: mata terbuka lebar, alis terangkat
- Jijik: hidung mengerut, bibir atas terangkat
Menurut Ekman (1992), ekspresi wajah tidak hanya mencerminkan emosi tetapi juga mempengaruhi emosi itu sendirimelalui mekanisme yang disebut facial feedback hypothesis. Artinya, dengan tersenyum, seseorang tidak hanya menunjukkan bahwa ia senang, tetapi juga dapat merasa lebih bahagia karena otot wajah mengirimkan sinyal ke otak.
2. Cara Membangun Hubungan Komunikasi yang Baik dalam Lingkungan Sosial